Minggu, 29 Juli 2012

METODE KRITIS

SOKRATES
Titik tolak dan rencana
a. Pengetahuan semu
Setiap orang mempunyai pemdapat tegas tentang hal-hal azasi, seperti apakah kebahagiaan, bagaimanakah pemerintahan yang paling baik.
Sokrates sudah sadar bahwa, ia kurang mengetahui soal hal-hal asasi itu. Ia sendiri masih terjerat pada pengetahuaan semu.selalu diakuinya kekurangan pengetahuan( mis, di apologia). Tetapi banyak orang lain belum sampai pada kesadaran itu.
b. Sasaran
1. Ia mau mencari “yang umum”, yang batiniah di dalam benda-benda,terutama dengan manusia itu sendiri
2. “yang umum” itu mau di carinya pada bidang etis, yaitu sejauh menyangkut tingkah laku manusia.
c. Ilmu kebidanan
Setiap orang mempunyai ilham atau roh yang mengatur segalanyasebaik-baiknya. Sebenarnya ia tau intisari benda-benda, namun karena tertimbun pengetahuan semu, pemahaman itu harus di buka lagi, seakan-akan harus dilahirkan
d. Mempersoalkan kewibawaan
Dalam hal sasarannya tersebut ia tidak menerima begitu saja pengandaian-pengandaian yang telah di percaya umum. Ia mempersoalkan garis-garis dan isi pendidikan yang telah tradisional dan tetap.
Jalan maju “dialektika”
a. Dialog
Ia mulai mengajak orang berbicara, setiap kali ada kesempatan baik. Kerangka metodenya ialah dialektike tekhne (seni berbicara)
b. Rumusan sebagai titik tolak
Sokrates mengakui kekurangan pengetahuannya, dan meminta orang lain memberikan salah satu rumusan mengenai hal mau di teliti.
c. Pembantahan (elenkhos)
Sokrates mengajukan pertanyaan lain, berhubungan dengan yang di katakannya, dan jawaban itu pun di susul lagi dengan pertanyaan.
d. Induksi
Jikalau salah satu contoh kongkrit di terima, ia memberi kasus lain yang serupa (analogi), sehingga akhirnya tersedia sesuatu deretan hal-hal yang kongkrit.
e. Definisi
Sokrates selalu berusaha membuat suatu generalisasi, dan merumuskan pengertian yang umum: suatu definisi atau rumusan.
PLATO
Plato hanya memperluaskan metode sokrates , mulai dari dalam dialog-dialog (phaidom, politeia)
Titik tolak
Ada perbedaan besar antara plato dan sokrates yaitu plato sendiri tidak lagi mengakui diri kurang mengetahui. Plato sudah tahu;ai mulai memberikan pemecahan soal dan pengetahuan definisi.
Dialektika
a. Dialog
Perkembangan pemikirannya sendiri juga terjadi dalam dialog; jadi bentuk dialog seperti dipakainya bukan saja bentuk penyajian saja, melainkan memeng metode pemikirannya sendiri. Oleh karena itu filsafatnya kurang sistematis.
b. Hipotesa
Pada dialog-dialog yang disebut ‘tengah’, plato mempergunakan metode hipotesa, terutama untuk sampai pada ajarannya tentang ide-ide.
c. Definisi
Pengertian definitif itu perlu dituangka pada definisi.
• Penghimpunan
Berhubungan dengan hakekat hal yang mau dirumuskan, diadakan dulu proses penghimpunan, sintesa.yaitu istilah-istilah dan ide-ide yang kiranya serupa atau berhubungan dengan hal yang mau dirumuskan itu digolong-golongkan dan dibandingkan, untuk menentukan kelompok luas atau ‘kelas’ termasuk hal itu.
• Pembagian
Kemudian diadakan pembagian tepat (diaresis);yaitu kelompok umum yang telah ditentukan (dapat disebut dengan genus)dibagikan sedapat-dapatnya menjadi dua ‘kelas’ lebih sempit yang terbedakan kerena salah satu sifat khas,- sebab dimiliki kelompok yang satu dan bukan oleh yang lain.

METODE INTUITIF : PLOTINOS DAN HENRI BERGSON
PLOTINOS

Filsafatnya
Merupakan suatu kulminasi dan sintesa definitif dari aneka unsur filsafat yunani.ia sendiri mengaku bahwa mengikuti ajaran plato, ia menjelaskan apa yang sudah ditemukan secara implisit.namun ia juga mengintegrasikan sebagian besar filsafat aristoteles, stoa, neo-pyitagoreanisme, dan platonisme “tengah”
Metodenya
Intuitif atau mistik.pemakaian mistik itu berhubungan dengan perkembangan baru di zaman itu . di mesir didirikan kelompok-kelompok teolog-teolog kontemplatif, yang berbeda.
Enneades
Kenaikan pikiran yang dicapainya melalui jalan penyucian dan askese, sekarang di ungkapkan dan dijelaskannya.
Jalan maju: dialektika
a. Bahan sebagai titik pangkal
pertama-tama plotinos mencari informasi dainspirasi pada pengarang-pengarang filsafat sebelumnya.
b. Prinsip metodis; harmoni
Pegangannya yang utama ialah , bahwa ia ‘melihat’ apa yang baik dan benar dalam ajaran-ajaran dan pendapat-pendapat itu, dan apa yang saling melengkapi.
c. Pembuktian
Plotinos pada umumnya tidak mengandung pembuktian-pembuktian menurut arti kata aristoteles. Ia tidak begitu membuktikan ucapannya, melainkan lebih membiasakan pendengarnya dengan kebenarannya.
d. Simbolisme
Seluruh dunia indrawi diresapi oleh kenyataan-kenyataan misterius, dipengaruhinya, dan diberikannya realitaslain sekali. Mak kenyataan inderawi menjadi jalan untuk menerobos sampai pada kenyataan transenden itu. Ia menolak imajinasi yang membeku, ia banyak menggunakan banyak ungkapan inderawi.
e. Meyakinkan
Dalam hal ini plotinos cukup jauh, sebab ia mencari penguatan terhadap agama.sebagai sunber yang di luar filsafat.
Hasil metode
Jalan pemikiran metodis tersebut membawa orang ke kontemplasi. Kontemplasi itu merangkum seluruh jawa, ia melewati dan mengatasi setiap objek tertentu dan terbatas (sebab itu hanya penghalang). Ia melepaskan diri dari pencerapan kemudian dari penalaran diskursif.
HENRI BERGSON
Filsafatnya
Menurut bergson semuanya berakar pada dorongan hidup, dan muncul dari dorongan itu.filsafatnya sering disamakan dengan suatu vitalisme biologis. Filsafatnya bersifat spiritualistis.ia berprotes tehadap mana ‘mistisme’. Jikalau itu menunjukan pemisahan antara metafik dan ilmu, seperti berasal dari kant.
Metodenya
Metodenya bersifat intuitif. Bergson berfikir dalam bentuk riak gelombang, dari pada dalam konsep-konsep. Ia bukan menjabarkan gagasan dan konsep dengan sistematis; sistemnya bukan rapat secara logis. Ia bukan memberikan konstruksi-konstuksi logis, melainkan sekelumit hidup.
Gambaran menyeluruh
Bagi bergson paling menentukan intuisinya mengenai seluruh kenyataankosmis sebagai la duree(berlangsungnya).
Intuisi hidup
Dinamika kosmik hanya dapat dipahami, kalau manusia menyelam dan membiarkan diri tenggelam dalam arus kesadaran yang tak terputus-putus.ia langsung mengambil bagian padanya. Pengalaman batinlah yang menghasilkan pengertian mutlak.
Analisa membeku
Dari pihak intuisi itu bukan saja suatu flash of insight yang mustahil siekpresikan; melainkan suatu act; merupakan suatu usaha mental, dan konsentrasi pikiran. Pengalaman batiniah itu harus di uraikan oleh akal budi seakan-akan mengerti dari ‘luar’; bersifat relatif, dan tergantung dari sudut pandangan yang dipakai.
Dialektika kedua pengertian
Selalu ada bahaya, bahwa pengertian konseptual itu menyingkirkan pengalaman otentik, dan menggantikannya. Bergson menganalisa secara mendetail. Tetapi konsep-konsepnya tidak mempunyai ketetapan logis seperti diinginkan oleh akal budi. Ia bertitik tolak dari konsep-konsep sehari-hari; tetapi itu seakan-akan dibelah dan disiasati.
Simbolisme
Untuk mencairkan konsep-konsep, dan untuk mengarahkan ‘visi’ dan ‘intuisi’ bergson memakai banyak simbol. Simbol-simbol itu tidak mematikan gerak. Pelukisan-pelukisan simbol tidak menghabiskan kekayaan realitas; membuat orang menduga. Bergson mencurigai imajinasi yang membeku, Simbol tiada yang salah.
Kesimpulan
Metode bergson ini bukan bersifat anti-intelektual, melainkan supra-intelektual. Metode ini menuntut dan mengerjakan suatu ‘tobat’ mengenai kebiasaan. Manusia harus mengambil distansi, berjauh dari logika. Dan menyerahkan diri pada kemurnian kenyataan, yaitu gerakan.
Bergson berbeda dari plotinos, sebab ia bukan menuju kontemplasi tenang, tetapi ke dinamika yang bergelombang tetapi toh ada keserupaan; kenaikan dari yang materiildan terbeku, ke yang spiritual dan bebas.
METODE SKOLASTIK: THOMAS AQUINAS
Filsafatnya
a. Filsafat da teologi
Filsafat skolastik terutama di kembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Filsuf-filsup pertama ialah biarawan-biarawan. Mereka tidak memisahkan filsafat dengan teologi kristiani: filsafat menjadi bagian integral dalam teologinya.thomas menampakan penghargaan tinggi mengenai filsafat, sebagai puncak kemampuan akal-budi manusia.dalam filsafatnya ia mengatakan bahwa argumen yang paling rendah ialah argumen kewibawaan.
b. Gaya filsafatnya
Thomas menggunakan banyak sumber fikiran; tetapi sistemnya sendiri menemukan keseimbangan bagus antara eksterm-eksterm.awalnya ia melangsungkan arus intuitif-platinos, tetapi sejak sekitar th 1150 mulai dikenalkan kembali tehadap karya-karya aristoteles. Ia mendasarkan filsafatnya atas perinsip-perinsip aristotelisme itu, terutama perbedaan ‘potensi’ dan ‘akt’.
Metodenya
Metode skolastik kerap disebut metode sintesis-deduktif.bertitik-tolak dari perinsip-perinsip sederhana yang sangat umum diturunkan hubungan-hubungan yang lebih komplek dan khusus. Seluruh metode filosofisnya berinspirasi aristoteles.
Suasana pengajaran
Metode mengajar itu sudah mendapat bentuknya yang matang, dan thomas sendiri menggunakan dengan penuh. Metode ini mengandung dua bagian pokok yaitu lectio dan disputatio.
Jalan pikiran
Titik tolak tradisi
a. Umum
Untuk menemukan kebenaran dalam suatu soal, perlu memahami dulu denga baik-baik apa yang telah disumbangkan pemikir-pemikir besar lainnya.ia memahami perkembangan historis yang esensial bagi ilmu.
b. Dua macam tradisi
Pertama-tama ia berusaha mengolah filsafat aristoteles , hampir semua karya filosofis merupakan komentar atas karangan-karangan aristoteles.
c. Otonomi berfikir
Diajukan tuduhan tehadap skolastik, bahwa kewibawaan itu menjadi kriterium utama, dan bahwa filsafat hanya memberikan rasionalisasi kepada kesimpulan-kesimpulanyang telah ditentukan sebelumnya oleh macam—macam tokoh dan instansi.
Analisa
Ia tidak melalaikan segi induktif didalam filsafatnya. Menurut epistemologinya semua pengertian manusia akhirnya berdasarkan pencerapan. Semua pernyataan harus kembali pada pancaindera.
METODE GEOMETRIS: RENE DESCARTES
Filsafatnya
Bagi descartes ilmu alam tidak dapat dibangun tanpamenusun suatu metafisik dulu, yang akan memberikan suatu dasar prinsipil.metafisik itu terutama mengenai subjek yang berilmu. Berdasarka pemahaman itu, maka metafisik dan ilmu alam menjadi suatu pengertian utuh. Tetapi dalam seluruh pikirannya toh filsafat alam dunialah yang berkedudukan dominan.
Metodenya
a. Konsep pertama
Jaman Descartes sudah menjadi metode ilmiah tepat. Descartes sebagai murid di college sudah berminat banyak akan aparat metodis-dedaktis. Dia terpesona oleh sifat pasti yang berlaku bagi ilmu-ilmu baru dan ia menganggap metode baik sebagai kunci kemajuan ilmu.
b. Uraian metode
Metode dibagi dalam tiga tahap :
1. Tahun 1619-1620 pikirannya dirumuskan agak sederhana dalam naskah stadium bonaementis
2. Sesudah berstudy dan berefleksi selama 9 tahun ia menulis : regulae ad directionem ingenii.
3. Pada tahun 1637 ia mengarang Discours de la metode
c. Inti metode
Metodenya adalah metode analitis. Menurutnya ada keterssunan natural dan dalam kenyataan yang berhubungan dengan pengertian manusia,selain itu Ia menggunakan metode empirisme raionil. Itu metode yang mengintegrasikan segala keuntungan dari logika, analisa geometrid an aljabar.
d. Kedudukan metode
Metodenya dimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian lmiah, ataupun penelitian filsafat, melaikan sebaga metode penelitian mana saja ; sebab akal budi manusia selalu sama.
Titik tolak : keraguaraguan universal
1. Negative
Penolakan metode logika klasikdan pencarian metode baru.
a. Diskusi
Ia menolak metode kerjasama dan diskusi.
b. Tradisi
Ia menolak tradisi. Orang harus menemukan kebenaran sendiri ; harus mencari pemahaman dan keyakinan pribadi.
c. Sistematik
Ia menolak sistematis yang diikuti disekolah. Sistematik itu membawa-serta metode deduktif.
2. Positif :keragu-raguan metodes.
Penolakan itu semua menunjuk kearah keragu-raguan prinsipil. Ia mau menyaksikan segala-galanya sedapat mungkin. Ia bersikap sebagai skeptikus, namun ia bukan skeptikus. Keragu-raguan ini bersifat metodis dan dipakai melulu sebagai alat.

Intuisi dan evidensi
Akhirnya bagi Descartes akhirnya tinggal satu kepastian yang tahan dan tidak dapat disangsikan : Cogito ergo sum, (saya berfikir maka saya ada. Evidensi yang menjadi kriteriumterakhir itu hanya ditemukan dalam kegiatan akal yang langsung, sebab itu penuh dengan kontradiksi.
Induksi
a. Aturan keempat
Dlam setiap soal melaksanakan penyebutan sedimikian lengkap dan peninjauan sedemikian universal.
b. Induksi nyata
Ia tidak meremehkan observasi, hipotesa dan eksperimen.
c. Kesulitan dari pengalaman
Pengalaman memperlihatkan kesatuan besar antara jiwa dan badan. Hubungan itu bukan sebagai nahkoda dan kapalnya. Jiwa menggerakkan badan secara langsung, dan jiwa meerasa sakit dan merasa marah didalam badan.

METODE EKSPERIMENTIL: DAVID HUME

Filsafatnya
Hume merupakan puncak aliran empirisme. Dan filsafatnya benar-benar antitesa terhadap raionalisme. Menurut Ia semua ilmu berhubungan dengan hakekat manusia. Filsafatnya terutama bersifat pfikologi mengenai pengertian; namun ia juga memberikan uraian mengenai struktur amnesia, mengenai etik, dan segi metafisik lain.
Metodenya
Ia memakai metode eksperimental. Metode itu bersukses dalam ilmu alam. Semua pengertian dan kepastian berasal dari observasi tingkah laku dan introspeksi tentang proses-proses psikologis. Hume tidak memberikan uraian tentang metode, melainkan langsung melaksanakannya (treatise dimaksudkan sebagai latihan metodes.
Titik pangkal metodis
Skeptisisme
Ia berpendapat bahwa skeptisisme Descartes terlalu radikal. Tetapi skap objektif, tanpa prasangka merupakan syarat mutlak bagi sikap ilmiah yang benar.
Naturalisme
Akhirnya skeptisisme tidak berdaya terhadap rasa dan keyakkinan natural yang memimpin hidup baiasa.
Sikap Hume
Sebagai sintesa sikap skeptic dan sikap naturalistic Hume mencapai suatu kedudukan tengah-tengah.
a. Alat “Garpu”
Ia hanya menerima dua macam penalaran nyata.
• Pemikiran abstrak tentang kuantitas dan angka
• Pemikiran tentang eksperimental mengenai fakta dan kristensi
b. Filsafat
Satu-satunya sumber bagi segala pengertian filosofis adalah pengalamn indrawi berarti dalam hal ini matematis tidak dipertimbangkan menjadi suatu hal yang utama.
Pembangunan Geometris
Aspek progresif dalam metode Hume bergerak dari yang sederhana ke yang komplek (sintesa).
Pencerapan
Langkah awal ialah observasi mengenai tingkah laku manusai, atau instrospeksi mengenai emosi dan nafsu. Pencerapan itu menghsilkan suatu impresi yang kuat dan berhidup.
Ide
Dari impresif itu dibentuk ide yang sederhana. Ide-ide itu bertempat dalam imajinasi yang dirumuskan dalam definisi dan tidak jelas ditarik dalam kesimpulan observasi.
Kesimpulan
Denagn metode tersebut hanya dapat disusun suatu filsafat (ilmiah) yang sangat terbatas. Banyak hal lain yang dengan spontan menjadi keyakinan manusia tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hanya dapat disebut “ kepercayaan-kepercayaan”.

METODE KRITIS-TRANSENDENTAL: IMMANUEL KANT, NEO-SKOLASTIC

Filsafatnya
Ia menyimpulkan dan mengatasi aliran rasionalisme dan empirisme. Dari satu pihak Ia mempertahankan objektifitas , universalitas dan keniscayaan pengertian dipihak lain. Ia menerima bahwa pengertian bertolak dari fenomin-fenomin, dan tidak dapat melebihi batas-batasnya. Sampaipada waktu itu pendapat umumnya ialah bahwa penertian manusia menyesuaikan diri dengan objek-objek, tetapi mungkin lebih berguna kalau diandaikan bahwa objek-objek menyesuaikan diri dengan pengertian manusia.
Metodenya
Adanya pengertia tertentu yang objektif. Metodenya merupakan analisa kriteriologis, selain itu ada analisa psikologis, analisa logis, dan analisa antologis.
Titik pangkal metodis
a. Keragu-raguan
Kant mulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Perlu diselidiki dulu kemampuan dan batas-batas akal budi.
b. Macam pengertian
Ia membedakan tiga macam pengertian
1. Penertian Analitis, selalu apriori. Sifatnya :
• Predikat sudah termuat dalam konsep subjek
• Tidak dengan sendirinya mengenai kenyataan
• Tidak memberikan pengertian baru
2. Penertian sintesis
Sifatnya
• Relasi subjek dan predikat berdasarkan objek riil: terjadilah kesatuan dari hal-hal yang berbeda.
• Memberikan pengertian baru.
c. Pertanyaan metodis
Kant meneriam nilai objektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan kemajuanhidup sehari-hari.
Analisa transendental
Kant menganalisa manakah syarat-syarat paling minimal yang dengan mutlak harus dipenuhi dalam subjek, supaya memungkinkan objetifitas itu. Analisa ini disebut juga dengan deduksi metafisis.
Secara metodis :
1. Kant harus membedakan dalam fenomin; apakah yang berdasarkan dari pengalaman dan apakah yang berasal dari subjek.
2. Ia mau membatasi pada syarat-syarat yang minimal, sebab hanya itulah yang harus dierima dengan mutlak.
Deduksi Transcendental Atau Kritis
Hukum-hukum dan syarat itu semua bukan hanya berlaku defacto melainkan juga de jure. Mereka berlaku bagi pengertian dan penilaian mana saja; mereka mendahului pengertian dan penilaian selalu dan dimana-mana lalu ditentukan hakekat objektifitas kategori-kategori dan postulat-postulat apriori dan batas-batasnya.
Dialektik transcendental
a. Negative
Akhirnya Kant meneliti kemungkinan metafisik, berdasarkan syarat-syarat dan hokum-hukum yang telah ditemukan.
b. Positif
Segala pengertian dan pengertian mempunyai dorongan kodrati untuk mencari syarat-syarat lebih tinggi, yang tidak disyaratkan lagi.

Metode dialektis: George Wilhelm Friedrich Hegel
Filsafatnya
Filsafatnya sendiri merupakan idealisme, jadi meletakkan segala tekanan pada objektifitas. Seluruh kenyataan adalah penampakan diri yang dilakukan oleh akal yang tak terbatas. Tidak akan ada pikiran yang benar-benar baru, seperti juga tidak aka nada fakta yang benar-benar baru lagi.
Metodenya
Bagi Hegel jalan untuk memahami kenyataan adalah mengikuti gerakan pikiran atau konsep. Struktur didalam pikiran adalah sama dengan proses genetis dalam kenyataan. Maka metode dan teori atau system tidak dapat dipisahkan. Metodenya disebut “ Dialektis”.
Langkah pertama: pengiyaan
Oleh Hegel, konsep atau pengertian itu dirumuskan dengan jelas sehingga identik dengan dirinya sendiri dan menyangkal segala hal atau pengertian lain.
Langkah kedua: pengingkaran
Pada Hegel terdapat suatu deretan berlawan yang semua berhubungan satu sama lainnya. Dalam dialektik pikiran tidak perduli mulai dari ujung mana ; selalu muncullah kawannya.
Langkah ketiga: pemahaman baru
Pengingkaran terhadap pengingkaran.
Dinamika dalam langkah kedua tidak membawa pikiran kembali ke eksterm pertama. Langkah pertama telah memuat langkah kedua secara implisif. Langkah kedua sudah memuat langkah pertama, sebab merupakan negasinya: jadi yangpertama telah sedang dipikirkan.
Kesatuan kontradiksi
Menurut Hegel kontradiksi merupakan motor dialektik. Kontradiksi sama sekali bukan saja penyakit pemahaman, melainkan menjadi jalan atau thap mutlak yang harus dialami dulu untuk mencapai kebenaran.
Deduksi dan induksi
System Hegel bersifat duduktif yaitu oleh logika intrinsic yang niscaya ada dalam konsep, pikiran dibawa ke konsep lain. Data-data yang dipergunakan berfungsi lebih eksemplaris; tetapi menurut Hegel semua data dan fakta dapat disusun dalam garis pikiran itu. Berarti system Hegel merupakan juga suatu induksi prinsipil. Namun bukan merupakan adalah suatu induksi yang membawa kepengertian yang mau berjauhan dari kenyataan, atau yang makin umum abstrak.

METODE FENOMENOLOGIS: HUSSERL, EKSISTENSIALISME

Filsafatnya
Bertitikpangkal dari soal-soal pasti, Ia melangsungkan refleksinya sampai menghadapi dasaar-dasar filosofis. Mula-mula Ia berekasi terhadap empirisme dan psikologisme, dalam aliran itu Ia menolak sikap scientism, yang menghadapi pernyataan dan pengetian dengan metode dan sikap ilmu eksakta. Menurut Husserl difilsafat sendiri tidak ada persetujuan, sebab kurang disadari titik tolak metode filsafat. Ia tidak menyusun suatu system tetapi hanya menghasilkan working papers.
Metodenya
Metodenya disebut dengan metode fenomenologis. Hasserl mau menentukan metode filosofis ilmiah, yang lepas dari segala prasangka metafisis. Metode ffenomenologis dikembangkannya sambil melangsungkan penelitian filosofis. Ia meneliti pula syarat-syarat yang termuat dalam setiap pikiran dan kegiatan.
Titik tolak metodis dalam objek dan subjek
Untuk mencapai objek pengertian menurut keasliannya, harus diadakan suatu pembersihan.
a. Umum : otonomi
Harus disisihkan segala unsure tradisi, yaitu segala sesuatu yang diajarkan oleh orang lain mengenai objek yang bersangkutan.
b. Dalam objek: fenomin
Objek penyelidikan ialah fenomin. Fenomin itu hanya data yang sederhana, tanpa ditambah hal lain.
Penentuan negative
a. Bukan dimaksudkan fenomin alamiah. Fenomin alam itu fakta atau relasi yang dapat diterapkan dalam obserfasi empiris.
b. Bukan pula fenomin seperti misalnya dalam fenomenologi agama.
c. Bukan diartkan hanya “ semu” yang justru bukan kenyataan.
d. Bukan dimaksudkan sebagai “penampakan” yang berlawanana atau dibedakan dengan hal-dalam –dirinya sendiri.
Penentuan positif
Mula-mula terutama pengertian ilmiah sendiri menjadi bahan refleksi. Tetapi lama kelamaan disadari bahwa objek fenomenologi itu sama.
Reduksi pokok yang pertama.fenomenologis
Disaring dan disisihkan segala keputusan tentang realitas atau idealitaas objek dan subjek .

EKSISTENSIALISME
Tokoh-tokoh
1. Heidegger
2. Sartre
3. Jaspers
4. Marcel
5. Merleau Ponty
Filsafatnya
Pada umumnya mereka tidak senang dengan tekanan Husserl pada sikap objektif. Terutama mereka tidak setuju dengan reduksi pokok yang menyisihkan eksistensi. Bagiereka eksistensi mereka yang pertama-tama dianalisa. Beberapa sifat eksistensiil ialah :
1. Subjektifitas individual yang unik; bukan objek dan bukan umum.
2. Keterbukaan bagi manusia lain dan bagi dunia; intensionalitas dan praksis buakn teori saja.
3. Pengalaman afektif dalam dunia bukan observasi.
4. Kesejarahan dan kebebasan bukan esensi yang tetap.
5. Segi tragis dan kegagalan
Metodenya
Dalam analisa eksistensi itu, de pacto mereka memakai metode fenomenologi yang otentik dengan observasi dan analisa teliti.
Maksud metode
Pengalaman asli itu bersifat utuh dan kaya. Ungkapan terbatas hanya menampakkannya secara terbatas dan bercacar.
Titik tolak
a. Dalam objek: fenomin
Pada umumnya para analis berttik pangkal dari fenomin seperti telah ditentukan Husserl. Mereka juga menekankan segi iitensionil.
b. Dalam subjek: intuisi
Para eksistensialis mempertahankan aspek non diskursif dalam intuisi subjek. Namun mereka tidak mengikuti tekanan Husserl pada sikap objektif dan kontemplatif.
Analisa terperinci
Fenomin dianalisa menurut semua unsure Husserl lainnya. Harus dibersihkan dari segala penyempitan dan interpretasi berat sebelah. Dalam analisaini ditemukan sifat-sifat pokok yang beralaku bagi eksisitensi manusia yang sekaligus unik. Dan berlaku bagi setiap manusia.

METODE ANALITIKA BAHASA: LAUDWIGWITTGENSTEIN

Filsafatnya
Bahasa filosofis memperlihatkan kekacauan bahasa yang begitu besar; dan bahasa itu begitu jauh dari bahasa sehari-hari maka sebelum bertanya mengenai benar salahnya, pemakaian bahasa sendiri harus dicurigai.
a. Periode reduktif
Dunia terdiri dari fakta-fakta sederhana yang serba lepas satu sama lainnya, tetapi yang dapat dihubungkan pula. Pada dasarnya bahasa terdiri dari kalimat-kalimat atom atau atom-atom logis, yaitu ungkapan-ungkapan yang paling sederhana dan tidak dapat direduksikan lagi.
Tugas filsafat ialah menjelaskan dan menepatkan bahasa, sebab dengan jalan demikian juga dunia sendiri menjadi jelas.
b. Periode “language games”
Pikiran dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Pikiran bukanlah suatu proses dibalik bahasa: melinkan terjadi dalam dan terjadi dari linguistic behaviour. Dalam bahasa sendiri Ia menolak segala reduksi. Bahas buhan hanya memberikan informasi tetapi mempunyai fungsi dan makna bermacam-macam.
c. Wittgeinstein dan “Logical Positivism”
Mereka berdua mencapai kesimpulan yang sangat serupa. Tetapi alas an metodis untuk mencapai kesimpulan itu bagi kedua filsafat agak berbeda. Maka wiitgeinstein itu bukan sebagai seorang neo positivis. Ia menolak prinsip verifikasi, dan hubungan antara dunia dan bahasa tidak merupakan bagian intrinsic dalam filsafatnya.
Metodenya
Metodenya yaitu critique of language analisa bahasa ini merupakan metode netral; tidak mengandaikan salah satu epistemology, filsafat atau metafisika. Maksud metode Ia itu berbagi dua, yaitu:
a. Positif
Menjelaskan bahasa sendiri. Memperlihatkan apakah yang memang dapat dikatakan dan bagaimanakah dapat dikatakan.
b. Negative
Justru dengan jalan positif itu meode mempunyai efek therapeutic (penyembuhan) tehadap kekeliruan dan kekacauan (logis).
Pembatasan metodis
Pada periode pertama Ia meneerima parallel tepat antara dunia riil dan bahasa. Bahasa mencerminkan dunia.dan pemakaian menurut struktur yang tepat dapat memberikan pemahaman tentang struktur dunia.
Norma metodis
Pada periode reduktif wittgeinstein lebih mengikuti Russell. Dan mau mencari norma-norma mutlak yang berlaku dalam bahasa sehari-hari.
Pada periode kedua ia kembali ke pemakaman Moore, bahwa bahasa natural memuat seluruh kebijaksanaan dan common sense dari suatu bangsa.
Teknik-teknik positif
Jenis-jenis kata
Wittgeinstein mengikuti Russel dengan membedakan dalam unit-nit paling dalam daasariah: susunan tata bahasa dan susunan logis. Ungkapan yang mempunyai struktur tata bahasa sama, mungkin berbeda menurut struktur logis.
Bahasa ideal
Bahasa itu bersifat tepat dan logis, bertitik tolak dari atom-atom logis yang paling sederhana. Wittgeinstein memakai beberapa teknik logis yang khas. Ia menyusun suatu jenjang kemungkinan-kemungkinan benar salahnya.
Matinya analisa
Banyak orang berkata bahwa, periode kedua sebenarnya sudah bukan anallisa lagi, melainkan selalu deskripsi.
Teknik therapeutic
Pada periode reduktif Wittgeinsten berprinsip, bahwa batas-batas bahasa juga merupakan batas-batas dunia. Orang tidak dapat keluar dari bahasa dan iIa tidak dapat keluar dari dunia.
Filsafat menghapuskan dirinya sendiri
Wittgeinstein juga sadar akan paradox dalam karyanya. Pada periode pertama Ia sendiri bicara mengenai batas-batas bahasa dan dunia. Ia bicara mengenai masalah metafisik, Ia bicara mengennai bahasa. Padahal topic-topik itu semua tidak dapat dibicarakan bahasa. Hanya dapat ditampakkan , dan hanya dapat diperlihatkan bahwa ucapan-ucapan tentang hal-hal itu tidak bermakna, dengan menjelaskan apa yang terjadi dalam bahasa.maka analitika bahasa mengatakan apa yang tidak dapat dikatakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar