Selasa, 31 Juli 2012

Realisasi Target PAD baru Mencapai 37%

MEMASUKI semester kedua tahun 2012, realisasi target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) masih minim. Berdasarkan laporan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Kobar, realisasi PAD sektor pajak dan retribusi daerah baru mencapat Rp6,212 miliar dari jumlah keseluruhan target PAD sebesar Rp16,709 miliar. Artinya, masih 60% lebih jumlah PAD kobar yang belum teralisasi.

Kepala Bidang Anggaran Pendapatan Daerah DPKD Kobar, Rusli Efendi, sekurangnya ada sembilan item yang termasuk dalam pajak dan retribusi daerah yakni pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak air bersih, pajak material bukan logam dan bangunan, pajak sarang burung walet dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). "Baru sekitar 37 persen PAD yang masuk hingga semester pertama tahun ini."

Dari sembilan item pajak dan teribusi daerah tersebut, lanjut dia, realisasi PAD dari pajak sarang burung walet menempati urutan paling akhir. Padahal, target PAD dari pajak tersebut terbilang cukup besar. Dari data yang tercatat, target pajak untuk sarang burung walet sebesar Rp2,88 miliar. Namun, baru terealisasi sebesar Rp8 juta. "Pajak itu seperti hutang tapi bukan dari hasil pinjaman. Perlu ada kesadaran dari wajib pajak. Yang paling susah mencapai target yakni dari pajak burung walet dan hotel."

Sedangkan perolehan pajak dari restoran, hiburan, reklame, dan penerangan jalan, pajak air tanah sudah mencapai 50% atau setengahnya dari target masing-masing item. Misalnya, untuk pajak penerangan jalan, sudah terealisasi sebesar Rp2,25 dari jumlah target sebesar Rp3,5 miliar. "Kalau sampai akhir tahun para wajib pajak tidak membayar. Akan dikenakan denda keterlambatan, penerbitan surat izin usaha di tahun berikutnya akan ditahan. Bahkan, bagi wajib pajak yang menunggak beberap tahun, bisa dilakukan langkah pencabutan izin usaha."

Meski begitu, jika dibanding dengan tahun sebelumnya, pencapaikan target PAD pada semester pertama pada tahun ini, mengalami kenaikan sebesar 11% dari tahun lalu ketimbang tahun sebelumnya. Pencapaiaan yang hanya mencapai 26%. Realisasi target PAD pada smester pertama tahun lalu hanya 26%. "Menjelang akhir tahun DPKD selalu melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi kekalaian akan kewajiban para wajib pajak."

Senin, 30 Juli 2012

HP Sirip Hiu Jadi Buruan


SIAPA yang tak kenal HP Ericsson R310s? bagi para pecinta aktivitas di alam bebas pasti kenal HP tersebut. Saat ini jenis HP tersebut masih menjadi buruan para pecinta HP macho. HP yang mempunyai nama keren HP Sirip Hiu ini, tahan air dan tahan goncangan. Di zamannya, HP ini menjadi pegangan utama anak-anak pendaki gunung, TNI, dan pekerja lapangan.

Namun seiring waktu, para produsen HP seolah alpa untuk membuat varian baru dari HP jenis ini. Alhasil, kelangkaan HP ini pun terjadi. Kawan-kawan silahkan buka google kemudian searching “Jual R250 Pro” atau “Jual R310 Hiu” pasti sudah masuk kategori barang antik yang harganya melambung jauh lebih tinggi daripada harga asalnya. Uniknya, pilihan warna sangat dominan dalam benak si pembeli. Umumnya, HP warna terang/cerah yang mempunyai harga tinggi.



Hp yang dirilis tahun sekitar 2000 itu, pada saat itu dibandrol dengan harga berkisar 2,6jt. Daya tahan HP ini luar biasa, karena R310 memang dibuat khusus untuk orang-orang lapangan. Untuk zaman itu fitur hp ini dah lumayan mewah. Ada game dan stopwatch. Mungkin bagi remaja sekarang Hp ini kelihatan kampungan, tapi bagi orang-orang yang sudah pegang hp tersebut, hp ini masih sangat dihormati dan berkharisma. Terbukti ada komunitas pecinta hp jadul ericsson R310 di Yogyakarta.

Masuki Musim Kemarau, Hotspot mulai Terdeteksi

MEMASUKI musim kemarau, titik api hotspot di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mulai terdeteksi. Berdasarkan data dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) SKW II Pangkalan Bun Kobar, jumlah hotspot yang terdeteksi satelit NOAA di Kobar sebanyak 4 titik.

Kepala BKSDA SKW II Pangkalan Bun Kobar, Hartono mengatakan, jumlah hotspot di Kobar mulai menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Padahal, bulan lalu hanya terdeteksi dua hotspot saja. Empat <>hotspot<> tersebut tersebar di tiga kecamatan yakni Arut Selatan (Arsel), Kumai dan Arut Utara (Aruta). "Bulan Juni hanya dua hotspot saja. Bulan ini jadi empat," ujar dia saat dihubungi Metamorfosisnews melalui sambungan telepon, Senin (30/7).

Dia melanjutkan, hotspot tersebut mulai merebak dikarenakan perubahan iklim dari musim penghujan ke kemarau. Hartono tidak memungkiri, jumlah hotspot tersebut bakal terus bertambah pada di musim kemarau ini. Potensi kebakaran lahan saat musim kemarau pun lebih tinggi ketimbang pada saat musim penghujan. Selain dikarenakan kondisi cuaca yang panas sehingga dapat memicu bertambahnya hotspot, musim kemarau juga dapat memicu kembalinya aktifitas masyarakat berupa pembukaan lahan dengan cara membakar. "Tidak semua titik panas yang terpantau itu adalah kebakaran lahan atau hutan."

Dia mengutarakan, meski mulai merebaknya jumlah hotspot tersebut, areal lahan dan hutan di kabupaten yang berjuluk Bumi Marunting batu Aji itu masih aman dari kebakaran. Mulai meningkatnya hotspot itu juga belum mengganggu aktifitas masyarakat. Arus lalu lintas, baik laut, darat maupun udara pun masih aman dari kabut asap. "Semua stake holder harus saling mendukung guna mengantispasi terjadinya hal yang tidak diinginkan dan dapat merugikan masyarakat secara luas."

Sementara itu, jumlah hotspot di seluruh wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) mencapai 148 titik. Hotspot tersebut paling banyak terdeteksi di Kabupaten Katingan yakni 20 titik. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Katingan adalah berkebun dan berladang. Saat memasuki musim kemarau, masyarakat membuka lahan untuk berkebun dan berladang tersebut dengan membakar. " Kalau julah Hotspot se SKW II yang meliputi Kotim, Kobar, Lamandau dan Sukamara itu ada 57 hotspot."

Minggu, 29 Juli 2012

Mendulang Untung dari Jualan Batako


BISNIS bahan baku bangunan, terutama batako hingga saat ini masih sangat menjanjikan di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Hal ini seiring dengan semakin maraknya pembangunan seperti perumahan, gedung-gedung dan bangunan sarang burung walet.

Seperti yang dilakoni Sunardi, 55, warga Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Arut Selatan Kobar. Usaha tersebut mulai digeluti Sunardi sejak sejak 2006 silam. Namun, baru mulai berkembang pada pertengahan 2008.

Awalnya, dia hanya memproduksi 10 buah batako per hari. Hasil produksi tidak lang dijual, tapi dikumpulkan dulu selama sebulan. Setelah terkumpul, barulah dijual kepada para tetangganya yang akan membangun rumah. Namun, lambat laun usahanya mulai berkembang. Saat ini, rata-rata dirinya dapat memproduksi hingga 3000 batako lebih per hari.

Untuk memproduksi 3000 batako tersebut, dia harus mengeluarkan Rp2,78 juta untuk membeli 48 sak semen dan Rp1,8 juta untuk tiga truk pasir. Selain itu, untuk biaya gaji 20 pegawainya, setiap bulan dia mengalokasikan dana sebesar Rp30 juta.

Permintaan batako terhadap dirinya juga cukup tinggi. Setiap harinya dia bisa menjual hingga 2000 batako. "Batako dijual dimulai dengan harga Rp1650-Rp3 ribu per buah. Itu ditentukan dari kualitas batako."

Keuntungan yang diperoleh ayah dari empat orang anak ini setiap bulannya mencapai Rp25-Rp30 juta. Selain itu dia bisa mengurangi angka pengangguran Kobar dengan mempekerjakan sebanyak 20 karyawan. "Saat ini, saya sedang mengembangkan usaha ini dengan membuka cabang di SP 3 Sungai Rangit."

Suami dari Masriah ini menceritakan, untuk melakoni wirausaha pembuatan batako, paving, bis beton, kolong selokan dan beragam jenis lainnya ini, normalnya memerlukan modal kurang lebih Rp 200 juta. Rinciannya, untuk tanah tempat memproduksi dan gudang sederhana dibutuhkan uang sebesar Rp 90 juta. Membeli peralatan dan mesin cetak batako, paving, bis beton kualitas bagus dibutuhkan uang sebesar Rp45 juta. Membeli dua unit truk kecil untuk mengantar produk pesanan dan operasional diperlukan uang sebesar Rp 100 juta. Belum terhitung bahan-bahan, seperti pasir dan semen. "Tapi sebenarnya 30 juta juga cukup. Karena ada juga mesin press itu Rp21 juta di tambah modal untuk membeli bahan-bahannya seperti semen dan pasir itu."

Telusuri Estetika Alam Riam

SOUNDTRACK film kartun ninja hatori menjadi pengiring perjalanan siang itu. Saya, ditemani dua kawan jurnalis, seorang kawan kantor dan seorang suami beserta anak dari salah seorang jurnalis sedang memulai petualangan ke Desa Riam. Desa itu disebut-sebut sebagai salah satu pemilik peradaban asli Kalimantan.

Begitu ada kesempatan berkunjung ke daerah ini, awal Juni lalu, aroma petualangan langsung terbayang dan tentu saja membangkitkan naluri jurnalistik kami betiga. Karena itu, kami tidak mensia-siakan waktu, dan langsung bergegas setelah menyelesaikan tugas kantor untuk meliput berita tentang perlombaan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Polres Kobar.

Dari Pangkalan Bun (ibu kota Kotawaringin Barat) jarak-nya membentang hingga 150 kilometer lebih membelah jalan trans Kalimantan menuju Sampit dan jalan perusahaan perkebunan sawit Korin III. Aroma petualangan semakin tercium saat mulai memasuki jalan perusahaan sawit Korin III setelah sekitar 50 kilometer melewati jalan trans Kalimantan. Suara kicau burung, udara yang menyegarkan, dan bau pepohonan hutan membuat perjalanan menyenangkan. Cuaca yang cerah makin membuat rekan saya aktif memotret pemandangan sepanjang jalan tersebut.


Menentukan Arah: Bayu, salah seorang tim dari ekspedisi alam riam sedang berfikir untuk menentukan arah jalan yang akan di tempuh.
Sepanjang perjalanan kami sering berhenti untuk bertanya atau hanya sekedar melepas lelah. Maklum, di antara kami semua belum ada yang pernah berkunjung ke desa tersebut. Cuma mendapat sedikit informasi saja dari sejumlah anggota DPRD yang belum lama ini melakukan reses ke desa itu.

Tak terasa hari semakin sore, waktu pun menunjukan pukul 05.00 WIB. Tidak ada orang yang bisa di tanya lagi sebelum kami menemukan sebuah kamp harapan tempat pekerja Korin III bermukim sementara. Tapi, itu pun masih sulit untuk dijadikan sebagai acuan arah melangkah selanjutnya. Sinar matahari mulai me-redup, ternyata sudah satu jam lebih kami berkendaraan meninggalkan kamp harapan. Tapi, desa itu tak kunjung tampak. Kami pun mulai cemas, kehilangan kendali dan sempat frustasi. Ditambah lagi dengan kondisi BBM kendaraan yang mulai menipis, tanpa alat navigasi, membuat saya sedikit pesimis bisa menemukan desa itu.

Salah seorang kawan jurnalis saya terus berkata agar tetap tenang dan meyakinkan kami bahwa desa tersebut bisa ditemukan. Dengan gaya investigasinya yang khas dia mulai memilah jalan yang harus dilalui oleh kami dikala menemukan persimpangan. Satu demi satu bongkahan tanah lumpur bekas ban kendaraan lain yang melintasi dilihat dan dipegang. Selanjutnya dibandingkan de-ngan jalan yang lain. Patokan kami, yang paling banyak menyetak bekas ban kendaraan serta kalau dipegang masih terasa lembek hasil cetakan ban tersebut, itulah jalan yang kami lalui. Ternyata itu tak sia-sia, dengan sedikit keberuntungan kami pun sampai di desa yang menyimpan ragam budaya tersebut.

Gerbang Kota Jadi Gerbang Prostitusi

MALAM itu, Rabu (18/7), awan mendung menyelimuti langit Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Belasan warung kopi yang berjajar di kanan kiri jalan hingga 200 meter saat memasuki Kota Pangkalan Bun, seolah menawarkan kehangatan di malam yang dingin itu. Sekurangnya ada 14 warung kopi yang berjejer di sekitar gapura gerbang Kota Pangkalan Bun.

Gapura bertulisan selamat datang, seolah merayu para pengguna jalan untuk mampir di sejumlah warung kopi yang mempunyai bentuk dan modelnya hampir sama. Bahkan, ada beberapa warung kopi yang menyediakan kamar tidur untuk melepas lelah para pengendara kendaraan. Setiap kamar itu berukuran sekitar 2x2,5 meter. Di dalam ruangan kamar hanya terdapat sebuah kasur yang cukup empuk. Terpisah dari ramai ditambah lampu pijar yang kurang begitu terang, sejumlah warung kopi itu terlihat seperti warung remang-remang. Setiap warung kopi dijaga 4-5 orang perempuan berpakaian seksi dan ber-make up tebal menunggu tamunya datang.


Sejumlah Wartawan dan Anggota DPRD Kobar berlabuh di sebuah warung kopi Kecamatan Pangkalan Lada Kobar. Warung kopi di daerah tersebut juga dijadikan tempat transaksi bisnis esek-esek.







 Ketika itu, sejumlah anggota DPRD Kobar sengaja mendatangi warung kopi tersebut. Bukan untuk membeli segelas kopi atau melepas lelah di kamar tidur yang berukuran sekitar 2x2,5 meter itu, namun untuk mengontrol fungsi dari warung tersebut. Ternyata, setelah mengintrogasi beberapa perempuan di tempat tersebut. Terungkap, tak hanya menjajakan dagangan, warung-warung itu juga menjadi tempat prostitusi tersebung. Gerbang kota pun disulap menjadi gerbang maksiat. "Tarifnya Rp100 ribu sekali main. Tapi, kami akan tutup pada saat Bulan Ramadan. Kami akan menghormati. Sebagian perempuan di sini juga sudah banyak yang mudik," ujar perempuan yang mengaku bernama, Mami.

Parahnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kobar seolah melegalkan tempat prostitusi tersebut. Betapa tidak, Pemkab Kobar sebenarnya sudah mengetahui warung-warung tersebut menjadi tempat prostitusi. Sebab, Satpol PP, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial sering mendatangi tempat tersebut. Satpol PP mendatangi untuk mengontrol keamanan, Dinas Kesehatan untuk mengecek kesehatan para PSK, Dinas Sosial untuk memberikan pembinaan para PSK. "Artinya Pemkan mengetahui. Seharusnya ada tindakan dari pemerintah. Harus di gusur. Malah dibiarkan, seolah-olah melegalkan. Bahkan diberi pengecekan kesehatan segala," ujar Anggota Komisi A DPRD Kobar, Darmawan.

Counter Attack Pola Etika Ekologi

Pola etika ekologi sebagai counter attack atas faham dalam ekologi yang sangat otoriter, dalam hal ini adalah Antroposentrisme yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia.
Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. Antroposentrisme nantinya akan menghasilkan faham-faham keberlanjutannya seperti kapitalisme dan pragmatisme. Pola etika ekologi haruslah bersifat netral sehingga menghilangkan dari permasalahan objek dan subjek, tapi itu akan menjadi suatu kesatuan untuk saling melengkapi. Pola ekologi yang dimaksud adalah etika lingkungan hidup, biosentrisme dan ekosentrisme.
Etika lingkungan hidup
Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. ‘Kesalahan terbesar semua etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan manusia’ Albert Schweitzer.
Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adnya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral.
Biosentrisme dan Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism).
Biosentrisme dan ekosentrisme mengkritik antroposentris. Jadi Etika antroposentrisme dituding sebagai spesiesisme, karena hanya mengunggulkan satu spesies saja, yaitu spesies manusia, sambil menganggap rendah spesies lain. Selain itu bagi biosentrisme dan ekosentrisme, manusia tidak hanya dipandang sebagai makhluk sosial. Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai makhluk biologis, makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental. Etika ini mengakui nilai intrinsik semua makhluk hidup dan "memandang manusia tak lebih dari satu untaian dalam jaringan kehidupan".(Fritjof Capra:1997)
Semangat alam adalah semangat hidup itu sendiri. Bagaimanapun harapan-harapan kemanusiaan ke depan tetap harus mempertimbangkan keberlanjutan dan keseimbangan alam.

EKSISTENSI KPMT-Y TANPA ASRAMA

Tetap berkarya walau tanpa asrama, bisakah KPMT-Y bertahan?????

Banyaknya warga Tasikmalaya yang menuntut ilmu di Yogyakarta mendorong satu gagasan untuk membuat satu organisasi yang bersifat kekeluargaan. Tepatnya pada 25 desember 1964 terealisasilah gagasan tersebut dengan terbentuknya Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Tasikmalaya-Yogyakarta yang kemudian disingkat KPMT-Y. KPMT-Y dilahirhan dalam rangka sebagai wadah pengembangan kreatifitas yang dituntut untuk mampu mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan warga dalam menyalurkan kreatifitasnya baik yang bersifat seni, social, budaya maupun intelektual.
Pengonsolidasian yang teraplikasi dalam pengadaan berbagai macam kegiatan diharapkan sekaligus diarahkan agar diantara sesama warga Tasikmalaya yang studi di Yogyakarta terjalin hubungan persaudaraan yang erat serta kepedulian social sebagaimana yang diungkapkan dalam pepatah “silih asah, silih asih dan silih asuh”
Organisasi ini bertujuan untuk menyeting Pelajar dan Mahasiswa asal Tasikmalaya menjadi insan yang takwa, berahlaq mulia, cakap, mampu berkarya, dan menjadi kader masa depan Tasikmalaya baik dalam bidang pemerintahan, politik, ekonomi, social budaya, kesenian maupun intelektual serta memiliki rasa tanggung jawab atas terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu, KPMT-Y menjadi duta dalam memperkenalkan kelestarian kesenian, kebudayaan dan pariwisata Tasikmalaya khususnya di Yogyakarta umumnya masyarakat dunia di era kapitalis global saat ini.
Namun seiring itu, sungguh sangat ironis dalam upaya pencapaian hal tersebut, ketika tanpa dibarengi dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung. Ialah asrama tetap, yang menjadi terminal sekaligus symbol miniature abaut Tasikmalaya dalam pencapaian tujuan diatas. Selain itu. warga Tasikmalaya di Yogyakarta juga dapat mengakses informasi secara mudah tentang keadaan perkembangan Tasikmalaya maupun warga Tasikmalaya yang baru datang ke Yogyakarta dapat lebih mudah mengenal Yogyakarta tanpa harus risau memikirkan kemana tempat pencarian informasi tersebut.

Demokrasi Pancasila Dalam Pemikiran Elit Kaum Pragmatis

LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia yang sangat banyak menghadapi masalah baik bencana maupun krisis yang masih terus berkepanjangan. Keadaan bangsa Indonesia yang seakan tidak mau keluar dari masalah tersebut menyebabkan sulitnya perkembangan yang terjadi di negara Indonesia baik di politik, sosial budaya, pertahanan keamanan sampai ke perekonomian Indonesia yang temasuk sebagai salah satu negara miskin di dunia. Tidak bisa di pungkiri masih banyak warga negara Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Satu sisi, kekayaan sumberdaya alam yang melimpah ruah seakan menunjukan bahwa sebenarnya bangsa Indonesia adalah negara yang kaya tetapi di sisi lain menimbulkan banyak teka-teki, apakah warga negara Indonesia tidak dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Tetapi kalau teka-teki tentunya bisa di pertanyakan lagi, kalau memang warga negara Indonesia tidak tahu mengolah dan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang ada tentunya sumber daya alam Indonesia harusnya masih perawan atau belum terjamah, tetapi kenapa sangat banyak kekayaan alam Indonesia yang sudah gundul bahkan tandus?
Sistem ideologi bangsa Indonesia adalah Demokrasi Pancasila. Dimana sistem ideologi yang berdasarkan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat serta diatur dalam dasar negara RI yaitu Pancasila. Hal ini sangat terlihat jelas dalam sisa Pancasila khususnya sila ke-4 “ kerakyatan yang di pimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Dan di dukung lagi oleh batang tubuh UUD 45. Bahkan tercantum dalam pasal 33 UUD 1945 “kekayaan alam dan segala yang termasuk di dalamnya adalah milik negara dan digunakan sebaik-baiknya demi kepentingan rakyat.
Sudah jelas sistem pemerintahan RI adalah Demokrasi Pancasila yang selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya. Sistem perwakilan rakyat yang ada dalam kursi pemerintahan akan memperjuangkan rakyatnya. Tetapi hal ini kurang berjalan sesuai dengan esensinya yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Bahkan banyak dari pemerintah sebelum terpilih selalu menjanjikan hal-hal yang di inginkan masyarakat, tetapi sesudah menjabat dan menduduki kursi di pemerintahan lupa akan janjinya tersebut.
Kaum pragmatis beranggapan benar tidaknya suatu dalil, ucapan atau teori semata-mata bergantung kepada azas manfaat. Sesuatu di katakan atau dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan hal tersebut. Memang pada dasarnya tujuan dari pragmatis itu sendiri baik, tetapi dalam prakteknya akan ada pihak yang di rugikan. Dewasa ini banyak orang yang menghalalkan segala cara hanya intuk mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri. Hal inilah yang terjadi dalam tubuk pemerintahan Indonesia era reformasi. Mencerminkan belum bertemunya mekanisme politik yang di inginkan dengan kondisi faktial masyarakat.
Berkurangnya kadar kepercayaan dan penghargaan terhadap berbagai institusi politik negeri ini Kian mengkhawatirkan karena bisa jadi merupakan ceminan dari melunturnya rasa keterikatan atau komitmen terhadap nilai ideologi dan konstitusi bangsa ini.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Pragmatisme yang terjadi di Demokrasi Indonesia?
2. Bagaimanakah proses penyampaian kehendak dan aspirasi rakyat dalam wujud Demokrasi Indonesia?
3. Bagaimana pandangan publik terhadap kinerja Demokrasi di Indonesia baik dari segi positf maupun negatif?

TINJAUAN PUSTAKA

Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu pragma yang artinya guna. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah bahwa apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Menurut filsafar ini benar tidaknya suatu dalil, ucapan atau teori semata-mata bergantung pada azas manfaat. Suatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat, begitu juga sebaliknya.
Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya segala sesuatu dapat di terima asalkan bermanfaat bagi kehidupan. Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide agama dapat memperkaya kehidupan, maka ide-ide tersebut benar.
Menurut teori Pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa akibatyang bermanfaat dan memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktek, dan apabila ia mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaannya, oleh hasilnya dan oleh akibat-akibat praktisnya. Jadi kebenaran adalah apa saja yang berlaku (works).
Yang di maksud dengan hasil yang memuskan ialah :
1. Apabila memenuhi keinginan dan tujuan manusia
2. Sesuatu dikatakan benar apabila dapat diuji benar dengan eksperimen
3. Sesuatu itu benar apabila ia mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada
Menurut pendapat ini, tidak ada apa yang disebut kebenaran mutlak, atau kebenaran yang tetap.
Contoh : ilmu botani itu benar bagi para petani karena mendatangkan manfaat tetapi belum tentu bagi nelayan karena ia tidak memerlukan ilmu botani. Yang ia perlukan adalah ilmu parbintangan kerena dapat memberi petunjuk arah dan keadaan cuaca pada saat ia mengarungi lautan.
Masalah kebenaran, tentang asal atau tujuan dan hakekat bagi orang amerika terlalu teoritis. Yang diinginkan adalah hasil-hasil konkrit. Dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah di selidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya (William James, 1820-1910).
Mengetahui merupakan alat atau instrumen untuk menangani situasi tertentu. Pikiran adalah insrumen untuk mewujudkan tujuan-tujuan. Ide-ide merupakan senjata yang bertujuan dari pikiran. Ide-ide adalah luwes dan mudah dapat disesuaikan. Pragmatisme sebagai instrumentalisme (Jhon Dawey, 1859-1952).
Prisip Pragmatisme : manusia perlu menentukan mana tindakan yang sangat berarti yang perlu di ambil. Untuk memahami objek pemikiran, manusia perlu mempertimbangkan akibat praktis yang menurut akal sehat termuat dalam objek itu. Konsepsi kita tentang akibat-akibat ini merupakan keseluruhan kosepsi kita tentang objek itu, sejauh konsepsi itu benar-benar mempunyai arti positif. Demikian pula tindakan tidak dapat difahami jika kita tidak dapat memahami konsekuensi praktis atau hasil dari tindakan itu (Charles S Pierce, 1839-1914)
LANDASAN TEORI

Democracy: Government Of The People, By The People, For The People.
Demokrasi adalah pemerintahan rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kita mengenal berbagai jenis Demokrasi, diantaranya Demokrasi konstitusional, Demokrasi parlemen, Demokrasi rakyat, Demokrasi Pancasila dan sebagainya.
Menurut penelitian UNESCO pada tahun 1949 yang hasilnya adalah “mungkin untuk pertama kalinya dalam sejarah Demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan sesuai untuk semua sistem organisasi politik”.
Demokrasi umumnya dianggap mengungkapkan dua nilai yang sangat dihargai: kebebasan (freedom) dan persamaan (equality). Kebebasan: memberikan kesempatan rakyat mengajukan pendapat dalam pembuatan keputusan politik; terutama keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Persamaan: kebebasan itu diberikan pada kita semua secara sama.
Bentham: democratic goverenment rule ‘in the interest of the governed
Demokrasi yang dianut Indonesia, yaitu Demokrasi yang berdasrkan Pancasila, masih dalam taraf pengembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidah dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari Demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat dalam UUD 1945. Selain dari itu UUD kita juga menyebut secara ekplisit dua prinsip yang menjiwai dan dicantumkan dalam penjelasan mengenai sistem pemerintahan negara yaitu:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat), bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat).
2. Sistem konstitusional
Pemerintahan berdasarkan konstitusional (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas), berdasarkan dua istilah “rechstaat” dan “system konstitusi” maka jelaslah bahwa Demokrasi yang menjadi dasar UUD 1945, ialah Demokrasi konstitusional.
Disamping itu corak khas Demokrasi Indonesia , yaitu kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan dimuat dalam pembukaan UUD 1945.
Demokrasi Pancasila yang bercirikhaskan sila ke-4 Pancasila menunjukan bahwa Demokrasi yang di Indonesia selalu mengutamakan kepentingan dan suara rakyat. Dalam prakteknya rakyatlah yang memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di pemerintahan guna memperjuangkan dan melaksanakan aspirasi rakyat. Pemilihan pemerintahan dari rakyat melalui partai politik menandakan sistem pemerintahan Indonesia dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.


PEMBAHASAN

Sepak terjang dunia politisi masa kini yang dinilai semakin mengutamakan azas Pragmatisme, menyebabkan jatuhnya citra hampir seluruh kelembagaan politik Negara. Proses demokratisasi pun semakin terancam oleh kuatnya penonjolan kepentingan pribadi elite politik.
Tahap krusial setiap bangsa untuk menemukan bentuk Demokrasi yang dianggap paling tepat adalah saat sebuah bangsa membangun mekanisme politik, yang meliputi gaya dan tingkah laku politik yang dianggap paling sesuai dan andal bagi kehidupan bangsa itu. Pengalaman bangsa Indonesia yang telah berganti model Demokrasi, sejak Demokrasi liberal, Demokrasi terpimpin, Demokrasi perwakilan, hingga Demokrasi model era reformasi, mencerminkan belum bertemunya mekanisme politik yang diinginkan dengan kondisi factual masyarakat.
Berkurangnya kadar kepercayaan dan penghargaan terhadap berbagai institusi politik Negara ini kian mengkhawatirkan karena bias jadi merupakan cerminan dari melunturnya rasa keterikatan (komitmen) terhadap nilai ideology dan konstitusi bangsa ini. Padahal, mekanisme politik Demokrasi tidak mungkin muncul dan bertahan dalam setiap politik apabila manusia yang menjadi anggota masyarakat, termasuk elit politik dan penguasa, tidak memiliki sikap demokratis (Alfian, politik, kebudayaan dan manusia Indonesia, Jakarta; LP3ES, 1982)
Sulit dihindari dan harus diakui kekecewaan yang berkembang pada berbagai lembaga Demokrasi bias mewujud kepada kian membesarnya apatisme politik, yang salah satu wujudnya adalah menurunnya pemilih pada pemilu. Pemilihan kepala daerah di beberapa daerah sudah menunjukan kecenderungan apatisme tersebut. Meski penuruna partisipasi itu tidak akan secara langsung mengancam stabilitasi politik Negara, bukan tidak mungkin akumulasi kekecewaan berbuah menjadi anti kemapanan yang lebih nyata.
Kenyataan menunjukan, terbentuknya mekanisme politik saat ini, antara lain meliputi bentuk baru kelembagaan Negara serta kebebasan berekspresi dan politik, ternyata belum membawa masyarakat dan pemerintah pada budaya Demokrasi. Nilai yang seharusnya menyertai demokratisasi, seperti setiap warga Negara memiliki kesempatan dan persamaan di muka hokum, mendapat perlindungan hukum dan kebebasan hak yang dilindungi oleh hokum serta adanya pengakuan kedaulatan rakyat dan kedewasaan berpolitik, tidak kunjung dating. Masyarakat dan elit politik justru kerap masuk dalam suasama dilematis sehingga yang tampak kepermukaan adalah cermin yang memantulkan silang-sengkarut penegakan hokum, percekcokan antarelite politik dan perilaku pragmatis para politisi.
Membangun mekanisme Demokrasi yang sehat juga mengandaikan hadir dan berfungsinya lembaga politik sesuai dengan kehendak ideologi dan konstitusi. Kehadiran lembaga baru seperti dewan perwakilan daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) semestinya menjadi nilai tambah dari mekanisme checks and balances yang dianut saat ini. Namun yang terekam dari perjalanan selama beberapa tahun kehadiran lembaga tersebut justru kekisruhan politik dan hukum yang terjadi. Sebagaimana akhir perseteruan antara KY dengan MA, atau yang terbaru, akhir perseteruan antara Ketua KPK dan Mensesneg yang mengambarkan nilai Demokrasi (penegakan hukum) yang dibangun tidak selalu sama dengan nilai politis stabilitas kekuasaan.
Menguatnya politik aliran sebagian masyarakat, perpecahan internal parpol hingga tarik ulur perubahan kelima UUD 1945, pada satu sisi menggambarkan sisi dinamis dan cairnya mekanisme politik saat ini. Namun hal itu boleh jadi juga menyiratkan kian longgarnya ikatan kebersamaan diantara sesama anak bangsa. Kecemasan poltik meningkat karena wadah Demokrasi justru semakin banyak dimanipulasi elit dan politisi untuk memuaskan hasrat dan menumpuk kekayaan. Di mata publik, nyaris mustahil menemukan sosok politikus yang dinilai bersih dari berbagai “noda” politik saat ini. Baik elit politik yang duduk dilembaga eksekutif maupun legislatif dinilai sama buruknya oleh publik. Baik dinilai dari aspek kelembagaan politik, prilaku politisi, maupun keberpihakan kepada rakyat, sama-sama menunjukkan hasil negatif.
Penilaian paling negatif terhadap citra dan kinerja kelembagaan negara saat ini justru dialamatkan kepada wakil rakyat yang duduk di DPR, DPRD, dan DPD. Hanya sepertiga bagian responden (antara 26% dan 30%) yang menilai citra wakil rakyat itu baik. Sementara sekitar 60% responden justru menilai sosok mereka memang masih buruk.
Merebaknya berbagai kasus yang menyangkut pribadi wakil rakyat, seperti kasus kedisiplinan dalam persidangan, studi banding, video mesum, hingga yang terakhir soal dana rapelan tunjangan komunikasi, tak pelak menjadi promosi efektif bagaimana kinerja wakil rakyat. Ditengah sorotan terhadap lemahnya fungsi kontrol dan penyerapan aspirasi anggota DPRD, keengganan sebagian wakil rakyat mengembalikan dana tunjangan, mengentalkan pandangan atas Pragmatisme pada diri politisi daerah. Pada jajak pendapat kompas januari 2007, hanya 12,2% responden yang masih percaya kalau orientasi perjuangan anggota DPRD diabdikan untuk kepentingan rakyat. Selebihnya memandang orientasi mereka lebih ditujukan untuk kepentingannya sendiri dan pertai.
Sementara sepak terjang DPD yang sebetulnya diharapkan menjadi penyeimbang dari wksistensi parpol di parlemen pada kenyataannya belum mampu benar-benar hadir ditengah rakyat. Sejauh ini sebagian besar responden tetap belum memahami dan mengenal sepak terjang politisi DPD. Dalih bahwa sistem politik kuraang mengakomodasi kepentingan anggota DPD justru semakn menegaskan semakin rendahnya komunikasi politik.
Pandangan negatif juga masih disuarakan publik terhadap kiprah parpol melaksanakan fungsinya menjadi perwujudan suara politik rakyat. Dalam jajak pendapat ini terlihat tingkatnya dinilai sama bahkan lebih buruk dari pada wakil rakyat. Hanya sekitar seperempat bagian responden yang menilai citra dan kinerja parplo baik sedangkan sekitar 60% lainnya masih menilai buruk. Dominasi parpol dalam mekanisme perekrutan wakil rakyat di DPR dan DPRD serta masih kuatnya keterikatan mereka kepada parpol saat sudah menjadi wakil rakyat menyebabkan terlalu sulitnya memisahkan identitas sosok wakil rakyat dari parpolnya. Apalagi dalam berbagai kasus penting, publik melihat suara wakil rakyat di DPR mudah di tebak hasil akhirnya berdasarkan kepentingan dan posisi politik parpol. Yang agak positif adalah penilaian publik terhadap citra dan kinerja politisi lembaga eksekutif, relatif lebih baik ketimbang legislatif. Penilaian baik terhadap citra dan kinerja presiden Susilo Bambang Yudoyono, misalnya, masih mencakup sekitar 60% responden dan hanya sebagian kecil yang menilai buruk. Kecenderungan serupa, meski lebih tipis, justru tercermin dalam sikap responden menilai kiprah Wapres Jusuf Kalla. Memang terasa ada sentimen latar belakang politik. Dilihat dari latar belakangnya terlihat responden yang menjadi pemilih parpol pendukung pemerintah saat ini cenderung lebih menilai positif, sedangkan pemilih partai oposisi, seperti PDIP, cenderung menilai buruk citra dan kinerja presiden dan wapres. Namun sentimen itu pudar tatkala menilai kiprah dan citra menteri kabinet, yang secara umum menilai masih buruk dan tidak memuaskan.
Kehendak dan kedaulatan rakyat, yang merupakan sendi utama Demokrasi, belum sepenuhnya diakomodasi. Paling tidak hal itu tercermin dari kegamangan responden memandang terakomodasinya aspirasi mereka oleh mekanisme Demokrasi. Parpol dan wakil rakyat yang menjadi sarana agregasi politik rakyat sejauh ini dinilai sebagian besar responden belum sanggup mewujudkan aspirasi politik mereka (lebih 60%). Bahkan presiden dan wapres pun, meski di apresiasi, dinilai publik cenderung belum aspiratif kepeda suara rakyat (49,5%). Penurunan aspirasi publik terhadap kinerja presiden sebagaimana terekam dalam jajak pendapat triwulanan juga menegaskan hal itu. Berbagai bidang penanganan yang menjadi penarik simpati publik seperti penegakan hukum, terlihat makin dipertanyakan efektifitasnya.
Selain terkaparnya kelembagaan negara, derasnya arus Pragmatisme dalam berbagai lembaga politik yang tampil dengan baju baru di alam reformasi merupakan hal paling mengkhawatirkan. Setelah kekuasaan politik tidak lagi menjadi faktor dominan intervensi politik, maka iming-iming materi yang dalam mekanisme politik era otonomi sedemikian marak menjadi virus yang sanggup mematikan kepekaan politisi. Hampir sama dengan sikap responden tentang sikap korup politisi, hampir seluruh responden (85.8%) menyetujui anggapan politisi saat ini masih kemaruk uang dan materi. Politisi sekedar mencari kemenangan sesaat dan tidak menghiraukan kesesuaian antara perkataan dan perbuatannya.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem dan pola kerja dunia politisi semakin mengutamakan azas Pragmatisme, yang menyebabkan jatuhnya citra hampir seluruh kelembagaan politik negara. Sehingga proses Demokrasi pun semakin terancam oleh kuatnya penonjolan pemenuhan kepentingan pribadi elit politik.
Tentunya praktek yang diterapkan oleh para politisi, sangat bertentangan dengan faham ideologi yang di anut negara Indonesia yaitu Demokrasi Pancasila. Dimana ideologi negara Indonesia selalu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Tetapi yang terjadi dari rakyat, oleh rakyat dan bukan untuk rakyat. Hal ini bisa terjadi karena kaum politisi menerapkan sistem kerja yang hanya mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri tangpa mempedulikan kehidupan orang banyak.
Berkurangnya kadar kepercayaan dan penghargaan terhadap berbagai institusi politik negara kita kian mengkhawatirkan karena bisa jadi merupakan cerminan dan melunturnya rasa keterikatan (komitmen) terhadap nilai ideologi dan konstitusi bangsa ini.

B. SARAN

Terlalu banyak kritik dan saran yang sudah didapat negara Indonesia, tetapi tidak banyak perubahan kearah yang lebih baik. Mungkin memang dikarenakan mental negara dan warga negaranya sendiri sudah jatuh. Ada baiknya untuk kita benar-benar membenahi dari dalam diri kita, mental kita dan sikap kita. Janganlah kita selalu menunggu, ada baiknya kita yang mengambil inisiatif untuk berubah.


DAFTAR PUSTAKA

www.kompas.com
KPMT-Y, Warga Tasikmalaya. Diskusi tentang Pancasila sebagai Ideologi Khayalan. Yogyakarta.
Notonegoro. 2006. Prof. Notonegoro dan Pancasila: Analisis Teksstual dan Kontekstual. Universitas Gadjah mada. Bulaksumur, Yogyakarta.

Solusi Normatif Tentang Masalah Ekologi

Telah lama praktek ekploitasi, akumulasi, dan ekspansi dari negara-negara maju terhadap negara dunia ketiga baik dalam segi politik, ekonomi, sosial budaya bahkan terhadap lingkungan akibat dari kapitalisme global yang menuntut untuk mengindustrikan semua aspek kehidupan sehingga tidak terelakan bahwa tuntutan itu terealisasi dengan revolusi indusrti, tetapi di sisi lain dampak dari revolusi tersebut khususnya terhadap alam yaitu pencemaran udara dengan banyaknya emisi-emisi yang dikeluarkan dari perindustrian tersebut. Hal ini menandakan sebuah permasalahan yang komplek. Ternyata revolusi industri bukan menjadi landasan tunggal dalam mengembangkan kehidupan manusia di dunia, tetapi ada kehidupan lain diluar kontek manusia yang harus di perhitungkan, karena memang pada dasarnya hubungan itu harus tetap terjalin demi keseimbangan kehidupan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Dalam hal ini manusia sebagai penguasa tunggal sekaligus penghasil kebijakan (dalam ranah hubungan manusia dengan alam) haruslah menghilangkan tataran nilai yang disana terdapat objek dan subjek. Tetapi haruslah dimengerti bahwa penting adanya suatu simbiosis mutualisme karena memang manusia dan alam haruslah hidup berdampingan dan saling melengkapi diantaranya sebagai kesatuan kolektif. Oleh karena itu orientasi etika ekologi yang mengedepankan pengembangan moralitas menuntut adanya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral. Hal ini bias dilakukan tidak melalui pendekatan instant tetapi lahir dari sebuah paradigma proses yang panjang.
Dengan memperhatikan etika ekologi sebagai suatu proses moralitas, maka agar dapat dikenal apakah suatu proses itu mempunyai aspek-aspek yang termasuk ke dalam lingkup etik, diperlukan standard untuk membandingkan. dengan mengutip pandangan yang memang memihak dan mengacu pada etika ekologi ialah:
a. alam adalah suatu organism hidup yang bagian-bagiannya yaitu tanah, gunung, sungai, atmosfer dan sebagainya, menyerupai organ-organ terpadu dari suatu keseluruhan ekosistem yang tertib dan teratur. Dan untuk menjaga keseimbangan ekosistem itu, diperlukan suatu peran etik ekologis. Yang mana, tujuan komprehensif etika adalah memelihara keseimbangan alam dan melestarikan keutuhan, kelangsungan, kekayaan, dan keserasian ekosistem. (Ouspenky). Jadi, segala yang ada dan hidup di dalam alam ini, termasuk juga manusia, mengandung suatu tuntutan moral yang harus selalu dipertimbangkan dalam setiap tindakan yang berhadapan dengan alam, atau yang kerap disebut etika ekologi atau etika alam.
b. Etika alam adalah suatu usaha untuk memperluas rasa persekutuan dengan segala makhluk lainnya secara kolektif, kebersatuan dengan alam itu sendiri. Etika tersebut mengubah kedudukan serta peran manusia dari penakluk alam beserta isinya, menjadi anggota alam yang harus terus belajar hidup saling berdampingan dengan penuh rasa hormat dan cinta dalam suatu komunitas besar, alam. Aldo Leopold dalam The Land Ethic (1940), jadi pada dasarnya alam dengan manusia haruslah saling berdampingan dan menjadi kesatuan kolektif, sehingga tidak adanya objek dan subjek, tetapi saling ketergantungan dan melengkapi.
dua pandangan ini mengandung unsure-unsur utama: tuntutam moral dalam pengambilan kebijakan ataupun tindakan, dan menghilangkan tataran nilai yang terdapat objek dan subjek tetapi menjadi kesatuan yang kolektif. Dengan pola etika yang berbasis seperti itu, setidaknya tradisi ekploitasi dan pencemaran terhadap alam bisa lebih dikurangi.
Jadi, etika alam atau etika ekologi yang perlu dibangun dan dikembangkan adalah suatu etika yang berakar kuat dalam kosmos dengan memiliki tujuan yang komprehensif. Adalah suatu etika yang melandaskan pikiran dan tingkah laku yang bukan hanya memanfaatkan alam demi keuntungan diri semata, melainkan harus bertanggung jawab untuk mengembalikan daya-dayanya dan berusaha memelihara keseimbangan alam dan melestarikan keutuhan, kebersatuan, keberlangsungan dan keserasian ekosistem.
Sebab, bagaimana pun juga manusia ingin tetap eksis di bumi ini kini dan akan datang secara regeneratif, demikian juga dengan alam. Alam dan manusia merupakan dua belahan jiwa dari suatu sistem organisme kosmik yang sama dan yang tidak dapat dipisahkan.
Manusia akan hancur, jika alam hancur, atau sebaliknya. Inilah yang harus dipahami, dan lebih jauh, kiranya dapat mendorong lahirnya kebijakan etika alam, atau etika lingkungan yang baik. Sesuatu yang sangat dibutuhkan bila manusia ingin tetap eksis, tidak terus-menerus dilanda bencana ekologi, dan selamat hingga melewati batas masa depan yang tidak bertepi.

METODE KRITIS

SOKRATES
Titik tolak dan rencana
a. Pengetahuan semu
Setiap orang mempunyai pemdapat tegas tentang hal-hal azasi, seperti apakah kebahagiaan, bagaimanakah pemerintahan yang paling baik.
Sokrates sudah sadar bahwa, ia kurang mengetahui soal hal-hal asasi itu. Ia sendiri masih terjerat pada pengetahuaan semu.selalu diakuinya kekurangan pengetahuan( mis, di apologia). Tetapi banyak orang lain belum sampai pada kesadaran itu.
b. Sasaran
1. Ia mau mencari “yang umum”, yang batiniah di dalam benda-benda,terutama dengan manusia itu sendiri
2. “yang umum” itu mau di carinya pada bidang etis, yaitu sejauh menyangkut tingkah laku manusia.
c. Ilmu kebidanan
Setiap orang mempunyai ilham atau roh yang mengatur segalanyasebaik-baiknya. Sebenarnya ia tau intisari benda-benda, namun karena tertimbun pengetahuan semu, pemahaman itu harus di buka lagi, seakan-akan harus dilahirkan
d. Mempersoalkan kewibawaan
Dalam hal sasarannya tersebut ia tidak menerima begitu saja pengandaian-pengandaian yang telah di percaya umum. Ia mempersoalkan garis-garis dan isi pendidikan yang telah tradisional dan tetap.
Jalan maju “dialektika”
a. Dialog
Ia mulai mengajak orang berbicara, setiap kali ada kesempatan baik. Kerangka metodenya ialah dialektike tekhne (seni berbicara)
b. Rumusan sebagai titik tolak
Sokrates mengakui kekurangan pengetahuannya, dan meminta orang lain memberikan salah satu rumusan mengenai hal mau di teliti.
c. Pembantahan (elenkhos)
Sokrates mengajukan pertanyaan lain, berhubungan dengan yang di katakannya, dan jawaban itu pun di susul lagi dengan pertanyaan.
d. Induksi
Jikalau salah satu contoh kongkrit di terima, ia memberi kasus lain yang serupa (analogi), sehingga akhirnya tersedia sesuatu deretan hal-hal yang kongkrit.
e. Definisi
Sokrates selalu berusaha membuat suatu generalisasi, dan merumuskan pengertian yang umum: suatu definisi atau rumusan.
PLATO
Plato hanya memperluaskan metode sokrates , mulai dari dalam dialog-dialog (phaidom, politeia)
Titik tolak
Ada perbedaan besar antara plato dan sokrates yaitu plato sendiri tidak lagi mengakui diri kurang mengetahui. Plato sudah tahu;ai mulai memberikan pemecahan soal dan pengetahuan definisi.
Dialektika
a. Dialog
Perkembangan pemikirannya sendiri juga terjadi dalam dialog; jadi bentuk dialog seperti dipakainya bukan saja bentuk penyajian saja, melainkan memeng metode pemikirannya sendiri. Oleh karena itu filsafatnya kurang sistematis.
b. Hipotesa
Pada dialog-dialog yang disebut ‘tengah’, plato mempergunakan metode hipotesa, terutama untuk sampai pada ajarannya tentang ide-ide.
c. Definisi
Pengertian definitif itu perlu dituangka pada definisi.
• Penghimpunan
Berhubungan dengan hakekat hal yang mau dirumuskan, diadakan dulu proses penghimpunan, sintesa.yaitu istilah-istilah dan ide-ide yang kiranya serupa atau berhubungan dengan hal yang mau dirumuskan itu digolong-golongkan dan dibandingkan, untuk menentukan kelompok luas atau ‘kelas’ termasuk hal itu.
• Pembagian
Kemudian diadakan pembagian tepat (diaresis);yaitu kelompok umum yang telah ditentukan (dapat disebut dengan genus)dibagikan sedapat-dapatnya menjadi dua ‘kelas’ lebih sempit yang terbedakan kerena salah satu sifat khas,- sebab dimiliki kelompok yang satu dan bukan oleh yang lain.

METODE INTUITIF : PLOTINOS DAN HENRI BERGSON
PLOTINOS

Filsafatnya
Merupakan suatu kulminasi dan sintesa definitif dari aneka unsur filsafat yunani.ia sendiri mengaku bahwa mengikuti ajaran plato, ia menjelaskan apa yang sudah ditemukan secara implisit.namun ia juga mengintegrasikan sebagian besar filsafat aristoteles, stoa, neo-pyitagoreanisme, dan platonisme “tengah”
Metodenya
Intuitif atau mistik.pemakaian mistik itu berhubungan dengan perkembangan baru di zaman itu . di mesir didirikan kelompok-kelompok teolog-teolog kontemplatif, yang berbeda.
Enneades
Kenaikan pikiran yang dicapainya melalui jalan penyucian dan askese, sekarang di ungkapkan dan dijelaskannya.
Jalan maju: dialektika
a. Bahan sebagai titik pangkal
pertama-tama plotinos mencari informasi dainspirasi pada pengarang-pengarang filsafat sebelumnya.
b. Prinsip metodis; harmoni
Pegangannya yang utama ialah , bahwa ia ‘melihat’ apa yang baik dan benar dalam ajaran-ajaran dan pendapat-pendapat itu, dan apa yang saling melengkapi.
c. Pembuktian
Plotinos pada umumnya tidak mengandung pembuktian-pembuktian menurut arti kata aristoteles. Ia tidak begitu membuktikan ucapannya, melainkan lebih membiasakan pendengarnya dengan kebenarannya.
d. Simbolisme
Seluruh dunia indrawi diresapi oleh kenyataan-kenyataan misterius, dipengaruhinya, dan diberikannya realitaslain sekali. Mak kenyataan inderawi menjadi jalan untuk menerobos sampai pada kenyataan transenden itu. Ia menolak imajinasi yang membeku, ia banyak menggunakan banyak ungkapan inderawi.
e. Meyakinkan
Dalam hal ini plotinos cukup jauh, sebab ia mencari penguatan terhadap agama.sebagai sunber yang di luar filsafat.
Hasil metode
Jalan pemikiran metodis tersebut membawa orang ke kontemplasi. Kontemplasi itu merangkum seluruh jawa, ia melewati dan mengatasi setiap objek tertentu dan terbatas (sebab itu hanya penghalang). Ia melepaskan diri dari pencerapan kemudian dari penalaran diskursif.
HENRI BERGSON
Filsafatnya
Menurut bergson semuanya berakar pada dorongan hidup, dan muncul dari dorongan itu.filsafatnya sering disamakan dengan suatu vitalisme biologis. Filsafatnya bersifat spiritualistis.ia berprotes tehadap mana ‘mistisme’. Jikalau itu menunjukan pemisahan antara metafik dan ilmu, seperti berasal dari kant.
Metodenya
Metodenya bersifat intuitif. Bergson berfikir dalam bentuk riak gelombang, dari pada dalam konsep-konsep. Ia bukan menjabarkan gagasan dan konsep dengan sistematis; sistemnya bukan rapat secara logis. Ia bukan memberikan konstruksi-konstuksi logis, melainkan sekelumit hidup.
Gambaran menyeluruh
Bagi bergson paling menentukan intuisinya mengenai seluruh kenyataankosmis sebagai la duree(berlangsungnya).
Intuisi hidup
Dinamika kosmik hanya dapat dipahami, kalau manusia menyelam dan membiarkan diri tenggelam dalam arus kesadaran yang tak terputus-putus.ia langsung mengambil bagian padanya. Pengalaman batinlah yang menghasilkan pengertian mutlak.
Analisa membeku
Dari pihak intuisi itu bukan saja suatu flash of insight yang mustahil siekpresikan; melainkan suatu act; merupakan suatu usaha mental, dan konsentrasi pikiran. Pengalaman batiniah itu harus di uraikan oleh akal budi seakan-akan mengerti dari ‘luar’; bersifat relatif, dan tergantung dari sudut pandangan yang dipakai.
Dialektika kedua pengertian
Selalu ada bahaya, bahwa pengertian konseptual itu menyingkirkan pengalaman otentik, dan menggantikannya. Bergson menganalisa secara mendetail. Tetapi konsep-konsepnya tidak mempunyai ketetapan logis seperti diinginkan oleh akal budi. Ia bertitik tolak dari konsep-konsep sehari-hari; tetapi itu seakan-akan dibelah dan disiasati.
Simbolisme
Untuk mencairkan konsep-konsep, dan untuk mengarahkan ‘visi’ dan ‘intuisi’ bergson memakai banyak simbol. Simbol-simbol itu tidak mematikan gerak. Pelukisan-pelukisan simbol tidak menghabiskan kekayaan realitas; membuat orang menduga. Bergson mencurigai imajinasi yang membeku, Simbol tiada yang salah.
Kesimpulan
Metode bergson ini bukan bersifat anti-intelektual, melainkan supra-intelektual. Metode ini menuntut dan mengerjakan suatu ‘tobat’ mengenai kebiasaan. Manusia harus mengambil distansi, berjauh dari logika. Dan menyerahkan diri pada kemurnian kenyataan, yaitu gerakan.
Bergson berbeda dari plotinos, sebab ia bukan menuju kontemplasi tenang, tetapi ke dinamika yang bergelombang tetapi toh ada keserupaan; kenaikan dari yang materiildan terbeku, ke yang spiritual dan bebas.
METODE SKOLASTIK: THOMAS AQUINAS
Filsafatnya
a. Filsafat da teologi
Filsafat skolastik terutama di kembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Filsuf-filsup pertama ialah biarawan-biarawan. Mereka tidak memisahkan filsafat dengan teologi kristiani: filsafat menjadi bagian integral dalam teologinya.thomas menampakan penghargaan tinggi mengenai filsafat, sebagai puncak kemampuan akal-budi manusia.dalam filsafatnya ia mengatakan bahwa argumen yang paling rendah ialah argumen kewibawaan.
b. Gaya filsafatnya
Thomas menggunakan banyak sumber fikiran; tetapi sistemnya sendiri menemukan keseimbangan bagus antara eksterm-eksterm.awalnya ia melangsungkan arus intuitif-platinos, tetapi sejak sekitar th 1150 mulai dikenalkan kembali tehadap karya-karya aristoteles. Ia mendasarkan filsafatnya atas perinsip-perinsip aristotelisme itu, terutama perbedaan ‘potensi’ dan ‘akt’.
Metodenya
Metode skolastik kerap disebut metode sintesis-deduktif.bertitik-tolak dari perinsip-perinsip sederhana yang sangat umum diturunkan hubungan-hubungan yang lebih komplek dan khusus. Seluruh metode filosofisnya berinspirasi aristoteles.
Suasana pengajaran
Metode mengajar itu sudah mendapat bentuknya yang matang, dan thomas sendiri menggunakan dengan penuh. Metode ini mengandung dua bagian pokok yaitu lectio dan disputatio.
Jalan pikiran
Titik tolak tradisi
a. Umum
Untuk menemukan kebenaran dalam suatu soal, perlu memahami dulu denga baik-baik apa yang telah disumbangkan pemikir-pemikir besar lainnya.ia memahami perkembangan historis yang esensial bagi ilmu.
b. Dua macam tradisi
Pertama-tama ia berusaha mengolah filsafat aristoteles , hampir semua karya filosofis merupakan komentar atas karangan-karangan aristoteles.
c. Otonomi berfikir
Diajukan tuduhan tehadap skolastik, bahwa kewibawaan itu menjadi kriterium utama, dan bahwa filsafat hanya memberikan rasionalisasi kepada kesimpulan-kesimpulanyang telah ditentukan sebelumnya oleh macam—macam tokoh dan instansi.
Analisa
Ia tidak melalaikan segi induktif didalam filsafatnya. Menurut epistemologinya semua pengertian manusia akhirnya berdasarkan pencerapan. Semua pernyataan harus kembali pada pancaindera.
METODE GEOMETRIS: RENE DESCARTES
Filsafatnya
Bagi descartes ilmu alam tidak dapat dibangun tanpamenusun suatu metafisik dulu, yang akan memberikan suatu dasar prinsipil.metafisik itu terutama mengenai subjek yang berilmu. Berdasarka pemahaman itu, maka metafisik dan ilmu alam menjadi suatu pengertian utuh. Tetapi dalam seluruh pikirannya toh filsafat alam dunialah yang berkedudukan dominan.
Metodenya
a. Konsep pertama
Jaman Descartes sudah menjadi metode ilmiah tepat. Descartes sebagai murid di college sudah berminat banyak akan aparat metodis-dedaktis. Dia terpesona oleh sifat pasti yang berlaku bagi ilmu-ilmu baru dan ia menganggap metode baik sebagai kunci kemajuan ilmu.
b. Uraian metode
Metode dibagi dalam tiga tahap :
1. Tahun 1619-1620 pikirannya dirumuskan agak sederhana dalam naskah stadium bonaementis
2. Sesudah berstudy dan berefleksi selama 9 tahun ia menulis : regulae ad directionem ingenii.
3. Pada tahun 1637 ia mengarang Discours de la metode
c. Inti metode
Metodenya adalah metode analitis. Menurutnya ada keterssunan natural dan dalam kenyataan yang berhubungan dengan pengertian manusia,selain itu Ia menggunakan metode empirisme raionil. Itu metode yang mengintegrasikan segala keuntungan dari logika, analisa geometrid an aljabar.
d. Kedudukan metode
Metodenya dimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian lmiah, ataupun penelitian filsafat, melaikan sebaga metode penelitian mana saja ; sebab akal budi manusia selalu sama.
Titik tolak : keraguaraguan universal
1. Negative
Penolakan metode logika klasikdan pencarian metode baru.
a. Diskusi
Ia menolak metode kerjasama dan diskusi.
b. Tradisi
Ia menolak tradisi. Orang harus menemukan kebenaran sendiri ; harus mencari pemahaman dan keyakinan pribadi.
c. Sistematik
Ia menolak sistematis yang diikuti disekolah. Sistematik itu membawa-serta metode deduktif.
2. Positif :keragu-raguan metodes.
Penolakan itu semua menunjuk kearah keragu-raguan prinsipil. Ia mau menyaksikan segala-galanya sedapat mungkin. Ia bersikap sebagai skeptikus, namun ia bukan skeptikus. Keragu-raguan ini bersifat metodis dan dipakai melulu sebagai alat.

Intuisi dan evidensi
Akhirnya bagi Descartes akhirnya tinggal satu kepastian yang tahan dan tidak dapat disangsikan : Cogito ergo sum, (saya berfikir maka saya ada. Evidensi yang menjadi kriteriumterakhir itu hanya ditemukan dalam kegiatan akal yang langsung, sebab itu penuh dengan kontradiksi.
Induksi
a. Aturan keempat
Dlam setiap soal melaksanakan penyebutan sedimikian lengkap dan peninjauan sedemikian universal.
b. Induksi nyata
Ia tidak meremehkan observasi, hipotesa dan eksperimen.
c. Kesulitan dari pengalaman
Pengalaman memperlihatkan kesatuan besar antara jiwa dan badan. Hubungan itu bukan sebagai nahkoda dan kapalnya. Jiwa menggerakkan badan secara langsung, dan jiwa meerasa sakit dan merasa marah didalam badan.

METODE EKSPERIMENTIL: DAVID HUME

Filsafatnya
Hume merupakan puncak aliran empirisme. Dan filsafatnya benar-benar antitesa terhadap raionalisme. Menurut Ia semua ilmu berhubungan dengan hakekat manusia. Filsafatnya terutama bersifat pfikologi mengenai pengertian; namun ia juga memberikan uraian mengenai struktur amnesia, mengenai etik, dan segi metafisik lain.
Metodenya
Ia memakai metode eksperimental. Metode itu bersukses dalam ilmu alam. Semua pengertian dan kepastian berasal dari observasi tingkah laku dan introspeksi tentang proses-proses psikologis. Hume tidak memberikan uraian tentang metode, melainkan langsung melaksanakannya (treatise dimaksudkan sebagai latihan metodes.
Titik pangkal metodis
Skeptisisme
Ia berpendapat bahwa skeptisisme Descartes terlalu radikal. Tetapi skap objektif, tanpa prasangka merupakan syarat mutlak bagi sikap ilmiah yang benar.
Naturalisme
Akhirnya skeptisisme tidak berdaya terhadap rasa dan keyakkinan natural yang memimpin hidup baiasa.
Sikap Hume
Sebagai sintesa sikap skeptic dan sikap naturalistic Hume mencapai suatu kedudukan tengah-tengah.
a. Alat “Garpu”
Ia hanya menerima dua macam penalaran nyata.
• Pemikiran abstrak tentang kuantitas dan angka
• Pemikiran tentang eksperimental mengenai fakta dan kristensi
b. Filsafat
Satu-satunya sumber bagi segala pengertian filosofis adalah pengalamn indrawi berarti dalam hal ini matematis tidak dipertimbangkan menjadi suatu hal yang utama.
Pembangunan Geometris
Aspek progresif dalam metode Hume bergerak dari yang sederhana ke yang komplek (sintesa).
Pencerapan
Langkah awal ialah observasi mengenai tingkah laku manusai, atau instrospeksi mengenai emosi dan nafsu. Pencerapan itu menghsilkan suatu impresi yang kuat dan berhidup.
Ide
Dari impresif itu dibentuk ide yang sederhana. Ide-ide itu bertempat dalam imajinasi yang dirumuskan dalam definisi dan tidak jelas ditarik dalam kesimpulan observasi.
Kesimpulan
Denagn metode tersebut hanya dapat disusun suatu filsafat (ilmiah) yang sangat terbatas. Banyak hal lain yang dengan spontan menjadi keyakinan manusia tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hanya dapat disebut “ kepercayaan-kepercayaan”.

METODE KRITIS-TRANSENDENTAL: IMMANUEL KANT, NEO-SKOLASTIC

Filsafatnya
Ia menyimpulkan dan mengatasi aliran rasionalisme dan empirisme. Dari satu pihak Ia mempertahankan objektifitas , universalitas dan keniscayaan pengertian dipihak lain. Ia menerima bahwa pengertian bertolak dari fenomin-fenomin, dan tidak dapat melebihi batas-batasnya. Sampaipada waktu itu pendapat umumnya ialah bahwa penertian manusia menyesuaikan diri dengan objek-objek, tetapi mungkin lebih berguna kalau diandaikan bahwa objek-objek menyesuaikan diri dengan pengertian manusia.
Metodenya
Adanya pengertia tertentu yang objektif. Metodenya merupakan analisa kriteriologis, selain itu ada analisa psikologis, analisa logis, dan analisa antologis.
Titik pangkal metodis
a. Keragu-raguan
Kant mulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Perlu diselidiki dulu kemampuan dan batas-batas akal budi.
b. Macam pengertian
Ia membedakan tiga macam pengertian
1. Penertian Analitis, selalu apriori. Sifatnya :
• Predikat sudah termuat dalam konsep subjek
• Tidak dengan sendirinya mengenai kenyataan
• Tidak memberikan pengertian baru
2. Penertian sintesis
Sifatnya
• Relasi subjek dan predikat berdasarkan objek riil: terjadilah kesatuan dari hal-hal yang berbeda.
• Memberikan pengertian baru.
c. Pertanyaan metodis
Kant meneriam nilai objektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan kemajuanhidup sehari-hari.
Analisa transendental
Kant menganalisa manakah syarat-syarat paling minimal yang dengan mutlak harus dipenuhi dalam subjek, supaya memungkinkan objetifitas itu. Analisa ini disebut juga dengan deduksi metafisis.
Secara metodis :
1. Kant harus membedakan dalam fenomin; apakah yang berdasarkan dari pengalaman dan apakah yang berasal dari subjek.
2. Ia mau membatasi pada syarat-syarat yang minimal, sebab hanya itulah yang harus dierima dengan mutlak.
Deduksi Transcendental Atau Kritis
Hukum-hukum dan syarat itu semua bukan hanya berlaku defacto melainkan juga de jure. Mereka berlaku bagi pengertian dan penilaian mana saja; mereka mendahului pengertian dan penilaian selalu dan dimana-mana lalu ditentukan hakekat objektifitas kategori-kategori dan postulat-postulat apriori dan batas-batasnya.
Dialektik transcendental
a. Negative
Akhirnya Kant meneliti kemungkinan metafisik, berdasarkan syarat-syarat dan hokum-hukum yang telah ditemukan.
b. Positif
Segala pengertian dan pengertian mempunyai dorongan kodrati untuk mencari syarat-syarat lebih tinggi, yang tidak disyaratkan lagi.

Metode dialektis: George Wilhelm Friedrich Hegel
Filsafatnya
Filsafatnya sendiri merupakan idealisme, jadi meletakkan segala tekanan pada objektifitas. Seluruh kenyataan adalah penampakan diri yang dilakukan oleh akal yang tak terbatas. Tidak akan ada pikiran yang benar-benar baru, seperti juga tidak aka nada fakta yang benar-benar baru lagi.
Metodenya
Bagi Hegel jalan untuk memahami kenyataan adalah mengikuti gerakan pikiran atau konsep. Struktur didalam pikiran adalah sama dengan proses genetis dalam kenyataan. Maka metode dan teori atau system tidak dapat dipisahkan. Metodenya disebut “ Dialektis”.
Langkah pertama: pengiyaan
Oleh Hegel, konsep atau pengertian itu dirumuskan dengan jelas sehingga identik dengan dirinya sendiri dan menyangkal segala hal atau pengertian lain.
Langkah kedua: pengingkaran
Pada Hegel terdapat suatu deretan berlawan yang semua berhubungan satu sama lainnya. Dalam dialektik pikiran tidak perduli mulai dari ujung mana ; selalu muncullah kawannya.
Langkah ketiga: pemahaman baru
Pengingkaran terhadap pengingkaran.
Dinamika dalam langkah kedua tidak membawa pikiran kembali ke eksterm pertama. Langkah pertama telah memuat langkah kedua secara implisif. Langkah kedua sudah memuat langkah pertama, sebab merupakan negasinya: jadi yangpertama telah sedang dipikirkan.
Kesatuan kontradiksi
Menurut Hegel kontradiksi merupakan motor dialektik. Kontradiksi sama sekali bukan saja penyakit pemahaman, melainkan menjadi jalan atau thap mutlak yang harus dialami dulu untuk mencapai kebenaran.
Deduksi dan induksi
System Hegel bersifat duduktif yaitu oleh logika intrinsic yang niscaya ada dalam konsep, pikiran dibawa ke konsep lain. Data-data yang dipergunakan berfungsi lebih eksemplaris; tetapi menurut Hegel semua data dan fakta dapat disusun dalam garis pikiran itu. Berarti system Hegel merupakan juga suatu induksi prinsipil. Namun bukan merupakan adalah suatu induksi yang membawa kepengertian yang mau berjauhan dari kenyataan, atau yang makin umum abstrak.

METODE FENOMENOLOGIS: HUSSERL, EKSISTENSIALISME

Filsafatnya
Bertitikpangkal dari soal-soal pasti, Ia melangsungkan refleksinya sampai menghadapi dasaar-dasar filosofis. Mula-mula Ia berekasi terhadap empirisme dan psikologisme, dalam aliran itu Ia menolak sikap scientism, yang menghadapi pernyataan dan pengetian dengan metode dan sikap ilmu eksakta. Menurut Husserl difilsafat sendiri tidak ada persetujuan, sebab kurang disadari titik tolak metode filsafat. Ia tidak menyusun suatu system tetapi hanya menghasilkan working papers.
Metodenya
Metodenya disebut dengan metode fenomenologis. Hasserl mau menentukan metode filosofis ilmiah, yang lepas dari segala prasangka metafisis. Metode ffenomenologis dikembangkannya sambil melangsungkan penelitian filosofis. Ia meneliti pula syarat-syarat yang termuat dalam setiap pikiran dan kegiatan.
Titik tolak metodis dalam objek dan subjek
Untuk mencapai objek pengertian menurut keasliannya, harus diadakan suatu pembersihan.
a. Umum : otonomi
Harus disisihkan segala unsure tradisi, yaitu segala sesuatu yang diajarkan oleh orang lain mengenai objek yang bersangkutan.
b. Dalam objek: fenomin
Objek penyelidikan ialah fenomin. Fenomin itu hanya data yang sederhana, tanpa ditambah hal lain.
Penentuan negative
a. Bukan dimaksudkan fenomin alamiah. Fenomin alam itu fakta atau relasi yang dapat diterapkan dalam obserfasi empiris.
b. Bukan pula fenomin seperti misalnya dalam fenomenologi agama.
c. Bukan diartkan hanya “ semu” yang justru bukan kenyataan.
d. Bukan dimaksudkan sebagai “penampakan” yang berlawanana atau dibedakan dengan hal-dalam –dirinya sendiri.
Penentuan positif
Mula-mula terutama pengertian ilmiah sendiri menjadi bahan refleksi. Tetapi lama kelamaan disadari bahwa objek fenomenologi itu sama.
Reduksi pokok yang pertama.fenomenologis
Disaring dan disisihkan segala keputusan tentang realitas atau idealitaas objek dan subjek .

EKSISTENSIALISME
Tokoh-tokoh
1. Heidegger
2. Sartre
3. Jaspers
4. Marcel
5. Merleau Ponty
Filsafatnya
Pada umumnya mereka tidak senang dengan tekanan Husserl pada sikap objektif. Terutama mereka tidak setuju dengan reduksi pokok yang menyisihkan eksistensi. Bagiereka eksistensi mereka yang pertama-tama dianalisa. Beberapa sifat eksistensiil ialah :
1. Subjektifitas individual yang unik; bukan objek dan bukan umum.
2. Keterbukaan bagi manusia lain dan bagi dunia; intensionalitas dan praksis buakn teori saja.
3. Pengalaman afektif dalam dunia bukan observasi.
4. Kesejarahan dan kebebasan bukan esensi yang tetap.
5. Segi tragis dan kegagalan
Metodenya
Dalam analisa eksistensi itu, de pacto mereka memakai metode fenomenologi yang otentik dengan observasi dan analisa teliti.
Maksud metode
Pengalaman asli itu bersifat utuh dan kaya. Ungkapan terbatas hanya menampakkannya secara terbatas dan bercacar.
Titik tolak
a. Dalam objek: fenomin
Pada umumnya para analis berttik pangkal dari fenomin seperti telah ditentukan Husserl. Mereka juga menekankan segi iitensionil.
b. Dalam subjek: intuisi
Para eksistensialis mempertahankan aspek non diskursif dalam intuisi subjek. Namun mereka tidak mengikuti tekanan Husserl pada sikap objektif dan kontemplatif.
Analisa terperinci
Fenomin dianalisa menurut semua unsure Husserl lainnya. Harus dibersihkan dari segala penyempitan dan interpretasi berat sebelah. Dalam analisaini ditemukan sifat-sifat pokok yang beralaku bagi eksisitensi manusia yang sekaligus unik. Dan berlaku bagi setiap manusia.

METODE ANALITIKA BAHASA: LAUDWIGWITTGENSTEIN

Filsafatnya
Bahasa filosofis memperlihatkan kekacauan bahasa yang begitu besar; dan bahasa itu begitu jauh dari bahasa sehari-hari maka sebelum bertanya mengenai benar salahnya, pemakaian bahasa sendiri harus dicurigai.
a. Periode reduktif
Dunia terdiri dari fakta-fakta sederhana yang serba lepas satu sama lainnya, tetapi yang dapat dihubungkan pula. Pada dasarnya bahasa terdiri dari kalimat-kalimat atom atau atom-atom logis, yaitu ungkapan-ungkapan yang paling sederhana dan tidak dapat direduksikan lagi.
Tugas filsafat ialah menjelaskan dan menepatkan bahasa, sebab dengan jalan demikian juga dunia sendiri menjadi jelas.
b. Periode “language games”
Pikiran dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Pikiran bukanlah suatu proses dibalik bahasa: melinkan terjadi dalam dan terjadi dari linguistic behaviour. Dalam bahasa sendiri Ia menolak segala reduksi. Bahas buhan hanya memberikan informasi tetapi mempunyai fungsi dan makna bermacam-macam.
c. Wittgeinstein dan “Logical Positivism”
Mereka berdua mencapai kesimpulan yang sangat serupa. Tetapi alas an metodis untuk mencapai kesimpulan itu bagi kedua filsafat agak berbeda. Maka wiitgeinstein itu bukan sebagai seorang neo positivis. Ia menolak prinsip verifikasi, dan hubungan antara dunia dan bahasa tidak merupakan bagian intrinsic dalam filsafatnya.
Metodenya
Metodenya yaitu critique of language analisa bahasa ini merupakan metode netral; tidak mengandaikan salah satu epistemology, filsafat atau metafisika. Maksud metode Ia itu berbagi dua, yaitu:
a. Positif
Menjelaskan bahasa sendiri. Memperlihatkan apakah yang memang dapat dikatakan dan bagaimanakah dapat dikatakan.
b. Negative
Justru dengan jalan positif itu meode mempunyai efek therapeutic (penyembuhan) tehadap kekeliruan dan kekacauan (logis).
Pembatasan metodis
Pada periode pertama Ia meneerima parallel tepat antara dunia riil dan bahasa. Bahasa mencerminkan dunia.dan pemakaian menurut struktur yang tepat dapat memberikan pemahaman tentang struktur dunia.
Norma metodis
Pada periode reduktif wittgeinstein lebih mengikuti Russell. Dan mau mencari norma-norma mutlak yang berlaku dalam bahasa sehari-hari.
Pada periode kedua ia kembali ke pemakaman Moore, bahwa bahasa natural memuat seluruh kebijaksanaan dan common sense dari suatu bangsa.
Teknik-teknik positif
Jenis-jenis kata
Wittgeinstein mengikuti Russel dengan membedakan dalam unit-nit paling dalam daasariah: susunan tata bahasa dan susunan logis. Ungkapan yang mempunyai struktur tata bahasa sama, mungkin berbeda menurut struktur logis.
Bahasa ideal
Bahasa itu bersifat tepat dan logis, bertitik tolak dari atom-atom logis yang paling sederhana. Wittgeinstein memakai beberapa teknik logis yang khas. Ia menyusun suatu jenjang kemungkinan-kemungkinan benar salahnya.
Matinya analisa
Banyak orang berkata bahwa, periode kedua sebenarnya sudah bukan anallisa lagi, melainkan selalu deskripsi.
Teknik therapeutic
Pada periode reduktif Wittgeinsten berprinsip, bahwa batas-batas bahasa juga merupakan batas-batas dunia. Orang tidak dapat keluar dari bahasa dan iIa tidak dapat keluar dari dunia.
Filsafat menghapuskan dirinya sendiri
Wittgeinstein juga sadar akan paradox dalam karyanya. Pada periode pertama Ia sendiri bicara mengenai batas-batas bahasa dan dunia. Ia bicara mengenai masalah metafisik, Ia bicara mengennai bahasa. Padahal topic-topik itu semua tidak dapat dibicarakan bahasa. Hanya dapat ditampakkan , dan hanya dapat diperlihatkan bahwa ucapan-ucapan tentang hal-hal itu tidak bermakna, dengan menjelaskan apa yang terjadi dalam bahasa.maka analitika bahasa mengatakan apa yang tidak dapat dikatakan.

RESENSI BUKU SOSIOLOGI ISLAM Suatu Telaah Analitis Atas Tesa Sosiologi Weber Bryan S. Turner

Pada dasarnaya pandangan weber tentang islam memang mempunyai daya tarik tersendiri, tapi yang lebih mempesona adalah kenyataan bahwa pandangannya tersebut mempertaruhkan seluruh totalitas sosiologinya. Buku ini menganalisa kembali pandangan-pandangan weber yang utama tentang islam, seperti kerasulan Nabi Muhammad SAW, asal-usul Kharismatik islam, mistisisme dan auliya, hokum suci syariat dan sekularisasi dalam islam
Weber telah menyimpulkan bahwa semangat kapitalisme (di eropa) menjelma karena adanya asketisisme yang lahir dari kandungan eklesiastik-calfinisme-agama Kristen protestan, jadi yang ingin di capai weber ialah sebuah pemuasan Tanya atau agaknya sebuah interaksionisme gampangan bahwa Kristen sebagai agama yang mendunia di barat telah mampu melahirkan kapitalisme. Sedangkan agama yang merupakan berakar juga dari cikal bakal yang sama yaitu ibrahimiah, yang menggelora di timursecara sepektakuler, mestinya juga bisa melahirkan kapitalisme untuk umatnya. Tapi apa yang di temui weber tidak ada kapitalisme di timur, tidak ada etika asketis di dalam islam.weber hanya menemui kenyataan bahwa dominasi patrimonialisme, misi agama awal yang sudah di penggal oleh segerombolan prajurit pemangku panji-panji islam, telah menggugurkan tumbuhnya kapitalisme dari kandungan islam atau membuat islam sekedar agama akomodatif.
Dogma “ kepercayaan agama” khususnya syariat islam merupakan kerangka yang “dingin” dan berpengaruh secara kausal di dalam mana kegiatan social berlangsung, namun kemudian weber memperlunak pernyataannya ini dengan menerangkan, bahwa dominasi patrimonial yang berbuat sekehendak hatinya dan yang tidak dapat di perkirakan dari semula mempunyai hasil memperkuat lingkungan ketaatan terhadap hokum. Walau weber selalu tergelincir ke dalam posisi kausalitas pluralis dan ketidakpastian kausal, namun wujud keseluruhan pengkajiannya adalah, bahwa masyarakat islam adalah sebuah masyarakat yang berciri dominasi patrimonial, yang menyebabkan hubungan-hubungan politik, ekonomi dan hokum menjadi tidak setabil dan kacau, tegasnya tidak rasional. Weber berkelanjutan mempertentangkan kondisi social feodalis eropa, yang menjamin hak milik, dengan kondisi feodalisme “prebendal” dan patrimonialisme dunia timur yang mengangkat cara-cara kesemena-menaan setinggi-tingginya.
Ada beberapa tugas utama yang haarus di emban weber dalam penelitian tentang islam ini. Ialah untuk menggariskan secara kasar apa yang di tulis weber sesungguhnya tentang islam, nabi muhammad dan kaum muslimin dan menghubungkan komentarnya yang belum selesai itu denga penelitian agama dengan bentuk tatanan-tatanan social yang lebih luas. Max weber di kenal karena penelitiannya tentang agama Kristen protestan dan timbulnya kapitalisme eropa, yang secara implicit dikelirukan orang sebagai analisa yang meng-calvinisme sebagai penyebab lahirnya kapitalisme. Dengan istilah yang lebih lunak, karya weber sering kali dianggap sebagai jawaban atas teori karl marx, atau setidak-tidaknya atas marxisme. Dalam buku ini lebih kurang kebalikan posisi yang dua itu, karena Bagi weber, sifat lembaga-lembaga politik muslim yang patrimorniallah yang menjadi penghalang tumbuhnya pra-kondisi kapitalis, yaitu hokum rasional, pasar buruh bebas, kota-kota yang otonom, dan satu kelas borjuis. Ketika weber menyebut islam sebagai agama- prajurit yang telah mengintrodusir suatu etika yang tidak selaras dengan “semangat kapitalisme”, pendapat ini tanpa ampun di sangkal oleh kenyataan-kenyataan factual yang murni. Bagaimanapun juga, penggarisan kasar etika perajurit islam sebenarnya merupakan refleksi utama dari keresahan hatinya tentang sifat patrimornial islam zaman madia. Dalam membahas patrimonialisme timur entah sengaja weber telah menjiplak analisa masyarakat timur, yang pernah di garap marx dan engels; karena itu unsure kedua pengkajian ini adalah juga sebuah analisa hubungan antara marx dan weber dalam kerangka pemikiran marx: yaitu “Asiatic mode of production” (cara-cara produksi ala marx). Jadi pada dasarnya, betapapun marx menekankan pentingnya monopoli kekuasaan ekonomi dan weber menekankan pada monopoli kekuasaan politik, namun dalam garis besar, pemikiran dasar dan implikasi wawasanmereka tentang jurang perbedaan antara asia dan eropa adalah sama. kemudian pada bagian penutup buku ini,memusatkan hubungan antara islam, kolonialisme dan timbulnya masyarakat modern. Argumentasi pada bagian akhir akan berisi kesimpulan bahwa pandangan weber etika kapitalis dan sekulerisasi sangat cocok bagi situasi history timur tengah, bukan karena adanya persamaan dasar antara masyarakat industri dan etika sekuler, tetapi karena pandangan- pandangan dunia seperti ini sudah di impor sendiri oleh kaum cerdik pandai muslim yang telah menerima lebih dulu penafsiran barat tentang sejarah.
Namun seiring itu, tanggung jawab rangkap islam sebagai agama batiniah yang personal dan sebagai agma solideritas social, justru adalah masalah keagamaan pribadi di Negara non-islam. Golongan kemalis dengan reformasi-reformasinya, telah memperagakan bahwa orang dapat dengan cepat mengubah lembaga-lembaga yang di pandang di perintahkan oleh allah dan tidak dapat di ubah. Di bawah kondisi- kondisi yang baru, islam harus berlomba-lomba dan becampur dengan bermacam-macam perspektif ideologis, yang mengajukan berbagai tuntutan intelektual dan memerlukan berbagai ikatan. Sesudah kehilangan nilai-nilai monopoli umum, islam menjadi dasar kesalehan pribadi yang tak menentu. Dengan meniru sekularisasi barat, islam juga harus menghadapi paradoks “memilih untuk percaya”. Di dalam dunia pilihan pribadi yang tak menentu, di mana hanya terdapat beberapa tongkat pengukur moral.(“masalah moderenisasi” yang peling besar untuk islam bukan masalah dapat atau tidaknya ia membantu modernisasi politik, keluarga atau pribadi, namun apakah ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ummat yang modern).