SOKRATESTitik tolak dan rencanaa. Pengetahuan semu
Setiap
orang mempunyai pemdapat tegas tentang hal-hal azasi, seperti apakah
kebahagiaan, bagaimanakah pemerintahan yang paling baik.
Sokrates
sudah sadar bahwa, ia kurang mengetahui soal hal-hal asasi itu. Ia
sendiri masih terjerat pada pengetahuaan semu.selalu diakuinya
kekurangan pengetahuan( mis, di apologia). Tetapi banyak orang lain
belum sampai pada kesadaran itu.
b. Sasaran
1. Ia mau mencari “yang umum”, yang batiniah di dalam benda-benda,terutama dengan manusia itu sendiri
2. “yang umum” itu mau di carinya pada bidang etis, yaitu sejauh menyangkut tingkah laku manusia.
c. Ilmu kebidanan
Setiap
orang mempunyai ilham atau roh yang mengatur segalanyasebaik-baiknya.
Sebenarnya ia tau intisari benda-benda, namun karena tertimbun
pengetahuan semu, pemahaman itu harus di buka lagi, seakan-akan harus
dilahirkan
d. Mempersoalkan kewibawaan
Dalam hal sasarannya
tersebut ia tidak menerima begitu saja pengandaian-pengandaian yang
telah di percaya umum. Ia mempersoalkan garis-garis dan isi pendidikan
yang telah tradisional dan tetap.
Jalan maju “dialektika”
a. Dialog
Ia mulai mengajak orang berbicara, setiap kali ada kesempatan baik. Kerangka metodenya ialah dialektike tekhne (seni berbicara)
b. Rumusan sebagai titik tolak
Sokrates mengakui kekurangan pengetahuannya, dan meminta orang lain memberikan salah satu rumusan mengenai hal mau di teliti.
c. Pembantahan (elenkhos)
Sokrates mengajukan pertanyaan lain, berhubungan dengan yang di katakannya, dan jawaban itu pun di susul lagi dengan pertanyaan.
d. Induksi
Jikalau
salah satu contoh kongkrit di terima, ia memberi kasus lain yang serupa
(analogi), sehingga akhirnya tersedia sesuatu deretan hal-hal yang
kongkrit.
e. Definisi
Sokrates selalu berusaha membuat suatu generalisasi, dan merumuskan pengertian yang umum: suatu definisi atau rumusan.
PLATOPlato hanya memperluaskan metode sokrates , mulai dari dalam dialog-dialog (phaidom, politeia)
Titik tolak
Ada
perbedaan besar antara plato dan sokrates yaitu plato sendiri tidak
lagi mengakui diri kurang mengetahui. Plato sudah tahu;ai mulai
memberikan pemecahan soal dan pengetahuan definisi.
Dialektika
a. Dialog
Perkembangan
pemikirannya sendiri juga terjadi dalam dialog; jadi bentuk dialog
seperti dipakainya bukan saja bentuk penyajian saja, melainkan memeng
metode pemikirannya sendiri. Oleh karena itu filsafatnya kurang
sistematis.
b. Hipotesa
Pada dialog-dialog yang disebut ‘tengah’,
plato mempergunakan metode hipotesa, terutama untuk sampai pada
ajarannya tentang ide-ide.
c. Definisi
Pengertian definitif itu perlu dituangka pada definisi.
• Penghimpunan
Berhubungan
dengan hakekat hal yang mau dirumuskan, diadakan dulu proses
penghimpunan, sintesa.yaitu istilah-istilah dan ide-ide yang kiranya
serupa atau berhubungan dengan hal yang mau dirumuskan itu
digolong-golongkan dan dibandingkan, untuk menentukan kelompok luas atau
‘kelas’ termasuk hal itu.
• Pembagian
Kemudian diadakan pembagian
tepat (diaresis);yaitu kelompok umum yang telah ditentukan (dapat
disebut dengan genus)dibagikan sedapat-dapatnya menjadi dua ‘kelas’
lebih sempit yang terbedakan kerena salah satu sifat khas,- sebab
dimiliki kelompok yang satu dan bukan oleh yang lain.
METODE INTUITIF : PLOTINOS DAN HENRI BERGSON
PLOTINOSFilsafatnya
Merupakan
suatu kulminasi dan sintesa definitif dari aneka unsur filsafat
yunani.ia sendiri mengaku bahwa mengikuti ajaran plato, ia menjelaskan
apa yang sudah ditemukan secara implisit.namun ia juga mengintegrasikan
sebagian besar filsafat aristoteles, stoa, neo-pyitagoreanisme, dan
platonisme “tengah”
Metodenya
Intuitif atau mistik.pemakaian
mistik itu berhubungan dengan perkembangan baru di zaman itu . di mesir
didirikan kelompok-kelompok teolog-teolog kontemplatif, yang berbeda.
Enneades
Kenaikan pikiran yang dicapainya melalui jalan penyucian dan askese, sekarang di ungkapkan dan dijelaskannya.
Jalan maju: dialektika
a. Bahan sebagai titik pangkal
pertama-tama plotinos mencari informasi dainspirasi pada pengarang-pengarang filsafat sebelumnya.
b. Prinsip metodis; harmoni
Pegangannya
yang utama ialah , bahwa ia ‘melihat’ apa yang baik dan benar dalam
ajaran-ajaran dan pendapat-pendapat itu, dan apa yang saling melengkapi.
c. Pembuktian
Plotinos
pada umumnya tidak mengandung pembuktian-pembuktian menurut arti kata
aristoteles. Ia tidak begitu membuktikan ucapannya, melainkan lebih
membiasakan pendengarnya dengan kebenarannya.
d. Simbolisme
Seluruh
dunia indrawi diresapi oleh kenyataan-kenyataan misterius,
dipengaruhinya, dan diberikannya realitaslain sekali. Mak kenyataan
inderawi menjadi jalan untuk menerobos sampai pada kenyataan transenden
itu. Ia menolak imajinasi yang membeku, ia banyak menggunakan banyak
ungkapan inderawi.
e. Meyakinkan
Dalam hal ini plotinos cukup jauh, sebab ia mencari penguatan terhadap agama.sebagai sunber yang di luar filsafat.
Hasil metode
Jalan
pemikiran metodis tersebut membawa orang ke kontemplasi. Kontemplasi
itu merangkum seluruh jawa, ia melewati dan mengatasi setiap objek
tertentu dan terbatas (sebab itu hanya penghalang). Ia melepaskan diri
dari pencerapan kemudian dari penalaran diskursif.
HENRI BERGSONFilsafatnya
Menurut
bergson semuanya berakar pada dorongan hidup, dan muncul dari dorongan
itu.filsafatnya sering disamakan dengan suatu vitalisme biologis.
Filsafatnya bersifat spiritualistis.ia berprotes tehadap mana
‘mistisme’. Jikalau itu menunjukan pemisahan antara metafik dan ilmu,
seperti berasal dari kant.
Metodenya
Metodenya bersifat intuitif.
Bergson berfikir dalam bentuk riak gelombang, dari pada dalam
konsep-konsep. Ia bukan menjabarkan gagasan dan konsep dengan
sistematis; sistemnya bukan rapat secara logis. Ia bukan memberikan
konstruksi-konstuksi logis, melainkan sekelumit hidup.
Gambaran menyeluruh
Bagi bergson paling menentukan intuisinya mengenai seluruh kenyataankosmis sebagai la duree(berlangsungnya).
Intuisi hidup
Dinamika
kosmik hanya dapat dipahami, kalau manusia menyelam dan membiarkan diri
tenggelam dalam arus kesadaran yang tak terputus-putus.ia langsung
mengambil bagian padanya. Pengalaman batinlah yang menghasilkan
pengertian mutlak.
Analisa membeku
Dari pihak intuisi itu bukan
saja suatu flash of insight yang mustahil siekpresikan; melainkan suatu
act; merupakan suatu usaha mental, dan konsentrasi pikiran. Pengalaman
batiniah itu harus di uraikan oleh akal budi seakan-akan mengerti dari
‘luar’; bersifat relatif, dan tergantung dari sudut pandangan yang
dipakai.
Dialektika kedua pengertian
Selalu ada bahaya, bahwa
pengertian konseptual itu menyingkirkan pengalaman otentik, dan
menggantikannya. Bergson menganalisa secara mendetail. Tetapi
konsep-konsepnya tidak mempunyai ketetapan logis seperti diinginkan oleh
akal budi. Ia bertitik tolak dari konsep-konsep sehari-hari; tetapi itu
seakan-akan dibelah dan disiasati.
Simbolisme
Untuk mencairkan
konsep-konsep, dan untuk mengarahkan ‘visi’ dan ‘intuisi’ bergson
memakai banyak simbol. Simbol-simbol itu tidak mematikan gerak.
Pelukisan-pelukisan simbol tidak menghabiskan kekayaan realitas; membuat
orang menduga. Bergson mencurigai imajinasi yang membeku, Simbol tiada
yang salah.
Kesimpulan
Metode bergson ini bukan bersifat
anti-intelektual, melainkan supra-intelektual. Metode ini menuntut dan
mengerjakan suatu ‘tobat’ mengenai kebiasaan. Manusia harus mengambil
distansi, berjauh dari logika. Dan menyerahkan diri pada kemurnian
kenyataan, yaitu gerakan.
Bergson berbeda dari plotinos, sebab ia
bukan menuju kontemplasi tenang, tetapi ke dinamika yang bergelombang
tetapi toh ada keserupaan; kenaikan dari yang materiildan terbeku, ke
yang spiritual dan bebas.
METODE SKOLASTIK: THOMAS AQUINAS Filsafatnya
a. Filsafat da teologi
Filsafat
skolastik terutama di kembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan
keuskupan. Filsuf-filsup pertama ialah biarawan-biarawan. Mereka tidak
memisahkan filsafat dengan teologi kristiani: filsafat menjadi bagian
integral dalam teologinya.thomas menampakan penghargaan tinggi mengenai
filsafat, sebagai puncak kemampuan akal-budi manusia.dalam filsafatnya
ia mengatakan bahwa argumen yang paling rendah ialah argumen kewibawaan.
b. Gaya filsafatnya
Thomas
menggunakan banyak sumber fikiran; tetapi sistemnya sendiri menemukan
keseimbangan bagus antara eksterm-eksterm.awalnya ia melangsungkan arus
intuitif-platinos, tetapi sejak sekitar th 1150 mulai dikenalkan kembali
tehadap karya-karya aristoteles. Ia mendasarkan filsafatnya atas
perinsip-perinsip aristotelisme itu, terutama perbedaan ‘potensi’ dan
‘akt’.
Metodenya
Metode skolastik kerap disebut metode
sintesis-deduktif.bertitik-tolak dari perinsip-perinsip sederhana yang
sangat umum diturunkan hubungan-hubungan yang lebih komplek dan khusus.
Seluruh metode filosofisnya berinspirasi aristoteles.
Suasana pengajaran
Metode
mengajar itu sudah mendapat bentuknya yang matang, dan thomas sendiri
menggunakan dengan penuh. Metode ini mengandung dua bagian pokok yaitu
lectio dan disputatio.
Jalan pikiran
Titik tolak tradisi
a. Umum
Untuk
menemukan kebenaran dalam suatu soal, perlu memahami dulu denga
baik-baik apa yang telah disumbangkan pemikir-pemikir besar lainnya.ia
memahami perkembangan historis yang esensial bagi ilmu.
b. Dua macam tradisi
Pertama-tama
ia berusaha mengolah filsafat aristoteles , hampir semua karya
filosofis merupakan komentar atas karangan-karangan aristoteles.
c. Otonomi berfikir
Diajukan
tuduhan tehadap skolastik, bahwa kewibawaan itu menjadi kriterium
utama, dan bahwa filsafat hanya memberikan rasionalisasi kepada
kesimpulan-kesimpulanyang telah ditentukan sebelumnya oleh macam—macam
tokoh dan instansi.
Analisa
Ia tidak melalaikan segi induktif
didalam filsafatnya. Menurut epistemologinya semua pengertian manusia
akhirnya berdasarkan pencerapan. Semua pernyataan harus kembali pada
pancaindera.
METODE GEOMETRIS: RENE DESCARTES Filsafatnya
Bagi
descartes ilmu alam tidak dapat dibangun tanpamenusun suatu metafisik
dulu, yang akan memberikan suatu dasar prinsipil.metafisik itu terutama
mengenai subjek yang berilmu. Berdasarka pemahaman itu, maka metafisik
dan ilmu alam menjadi suatu pengertian utuh. Tetapi dalam seluruh
pikirannya toh filsafat alam dunialah yang berkedudukan dominan.
Metodenya
a. Konsep pertama
Jaman
Descartes sudah menjadi metode ilmiah tepat. Descartes sebagai murid di
college sudah berminat banyak akan aparat metodis-dedaktis. Dia
terpesona oleh sifat pasti yang berlaku bagi ilmu-ilmu baru dan ia
menganggap metode baik sebagai kunci kemajuan ilmu.
b. Uraian metode
Metode dibagi dalam tiga tahap :
1. Tahun 1619-1620 pikirannya dirumuskan agak sederhana dalam naskah stadium bonaementis
2. Sesudah berstudy dan berefleksi selama 9 tahun ia menulis : regulae ad directionem ingenii.
3. Pada tahun 1637 ia mengarang Discours de la metode
c. Inti metode
Metodenya
adalah metode analitis. Menurutnya ada keterssunan natural dan dalam
kenyataan yang berhubungan dengan pengertian manusia,selain itu Ia
menggunakan metode empirisme raionil. Itu metode yang mengintegrasikan
segala keuntungan dari logika, analisa geometrid an aljabar.
d. Kedudukan metode
Metodenya
dimaksudkan bukan saja sebagai metode penelitian lmiah, ataupun
penelitian filsafat, melaikan sebaga metode penelitian mana saja ; sebab
akal budi manusia selalu sama.
Titik tolak : keraguaraguan universal
1. Negative
Penolakan metode logika klasikdan pencarian metode baru.
a. Diskusi
Ia menolak metode kerjasama dan diskusi.
b. Tradisi
Ia menolak tradisi. Orang harus menemukan kebenaran sendiri ; harus mencari pemahaman dan keyakinan pribadi.
c. Sistematik
Ia menolak sistematis yang diikuti disekolah. Sistematik itu membawa-serta metode deduktif.
2. Positif :keragu-raguan metodes.
Penolakan
itu semua menunjuk kearah keragu-raguan prinsipil. Ia mau menyaksikan
segala-galanya sedapat mungkin. Ia bersikap sebagai skeptikus, namun ia
bukan skeptikus. Keragu-raguan ini bersifat metodis dan dipakai melulu
sebagai alat.
Intuisi dan evidensi
Akhirnya bagi Descartes
akhirnya tinggal satu kepastian yang tahan dan tidak dapat disangsikan :
Cogito ergo sum, (saya berfikir maka saya ada. Evidensi yang menjadi
kriteriumterakhir itu hanya ditemukan dalam kegiatan akal yang langsung,
sebab itu penuh dengan kontradiksi.
Induksi
a. Aturan keempat
Dlam setiap soal melaksanakan penyebutan sedimikian lengkap dan peninjauan sedemikian universal.
b. Induksi nyata
Ia tidak meremehkan observasi, hipotesa dan eksperimen.
c. Kesulitan dari pengalaman
Pengalaman
memperlihatkan kesatuan besar antara jiwa dan badan. Hubungan itu bukan
sebagai nahkoda dan kapalnya. Jiwa menggerakkan badan secara langsung,
dan jiwa meerasa sakit dan merasa marah didalam badan.
METODE EKSPERIMENTIL: DAVID HUMEFilsafatnya
Hume
merupakan puncak aliran empirisme. Dan filsafatnya benar-benar antitesa
terhadap raionalisme. Menurut Ia semua ilmu berhubungan dengan hakekat
manusia. Filsafatnya terutama bersifat pfikologi mengenai pengertian;
namun ia juga memberikan uraian mengenai struktur amnesia, mengenai
etik, dan segi metafisik lain.
Metodenya
Ia memakai metode
eksperimental. Metode itu bersukses dalam ilmu alam. Semua pengertian
dan kepastian berasal dari observasi tingkah laku dan introspeksi
tentang proses-proses psikologis. Hume tidak memberikan uraian tentang
metode, melainkan langsung melaksanakannya (treatise dimaksudkan sebagai
latihan metodes.
Titik pangkal metodis
Skeptisisme
Ia
berpendapat bahwa skeptisisme Descartes terlalu radikal. Tetapi skap
objektif, tanpa prasangka merupakan syarat mutlak bagi sikap ilmiah yang
benar.
Naturalisme
Akhirnya skeptisisme tidak berdaya terhadap rasa dan keyakkinan natural yang memimpin hidup baiasa.
Sikap Hume
Sebagai sintesa sikap skeptic dan sikap naturalistic Hume mencapai suatu kedudukan tengah-tengah.
a. Alat “Garpu”
Ia hanya menerima dua macam penalaran nyata.
• Pemikiran abstrak tentang kuantitas dan angka
• Pemikiran tentang eksperimental mengenai fakta dan kristensi
b. Filsafat
Satu-satunya
sumber bagi segala pengertian filosofis adalah pengalamn indrawi
berarti dalam hal ini matematis tidak dipertimbangkan menjadi suatu hal
yang utama.
Pembangunan Geometris
Aspek progresif dalam metode Hume bergerak dari yang sederhana ke yang komplek (sintesa).
Pencerapan
Langkah
awal ialah observasi mengenai tingkah laku manusai, atau instrospeksi
mengenai emosi dan nafsu. Pencerapan itu menghsilkan suatu impresi yang
kuat dan berhidup.
Ide
Dari impresif itu dibentuk ide yang
sederhana. Ide-ide itu bertempat dalam imajinasi yang dirumuskan dalam
definisi dan tidak jelas ditarik dalam kesimpulan observasi.
Kesimpulan
Denagn
metode tersebut hanya dapat disusun suatu filsafat (ilmiah) yang sangat
terbatas. Banyak hal lain yang dengan spontan menjadi keyakinan manusia
tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hanya dapat disebut “
kepercayaan-kepercayaan”.
METODE KRITIS-TRANSENDENTAL: IMMANUEL KANT, NEO-SKOLASTICFilsafatnya
Ia
menyimpulkan dan mengatasi aliran rasionalisme dan empirisme. Dari satu
pihak Ia mempertahankan objektifitas , universalitas dan keniscayaan
pengertian dipihak lain. Ia menerima bahwa pengertian bertolak dari
fenomin-fenomin, dan tidak dapat melebihi batas-batasnya. Sampaipada
waktu itu pendapat umumnya ialah bahwa penertian manusia menyesuaikan
diri dengan objek-objek, tetapi mungkin lebih berguna kalau diandaikan
bahwa objek-objek menyesuaikan diri dengan pengertian manusia.
Metodenya
Adanya
pengertia tertentu yang objektif. Metodenya merupakan analisa
kriteriologis, selain itu ada analisa psikologis, analisa logis, dan
analisa antologis.
Titik pangkal metodis
a. Keragu-raguan
Kant
mulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Perlu
diselidiki dulu kemampuan dan batas-batas akal budi.
b. Macam pengertian
Ia membedakan tiga macam pengertian
1. Penertian Analitis, selalu apriori. Sifatnya :
• Predikat sudah termuat dalam konsep subjek
• Tidak dengan sendirinya mengenai kenyataan
• Tidak memberikan pengertian baru
2. Penertian sintesis
Sifatnya
• Relasi subjek dan predikat berdasarkan objek riil: terjadilah kesatuan dari hal-hal yang berbeda.
• Memberikan pengertian baru.
c. Pertanyaan metodis
Kant meneriam nilai objektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan kemajuanhidup sehari-hari.
Analisa transendental
Kant
menganalisa manakah syarat-syarat paling minimal yang dengan mutlak
harus dipenuhi dalam subjek, supaya memungkinkan objetifitas itu.
Analisa ini disebut juga dengan deduksi metafisis.
Secara metodis :
1. Kant harus membedakan dalam fenomin; apakah yang berdasarkan dari pengalaman dan apakah yang berasal dari subjek.
2. Ia mau membatasi pada syarat-syarat yang minimal, sebab hanya itulah yang harus dierima dengan mutlak.
Deduksi Transcendental Atau Kritis
Hukum-hukum
dan syarat itu semua bukan hanya berlaku defacto melainkan juga de
jure. Mereka berlaku bagi pengertian dan penilaian mana saja; mereka
mendahului pengertian dan penilaian selalu dan dimana-mana lalu
ditentukan hakekat objektifitas kategori-kategori dan postulat-postulat
apriori dan batas-batasnya.
Dialektik transcendental
a. Negative
Akhirnya Kant meneliti kemungkinan metafisik, berdasarkan syarat-syarat dan hokum-hukum yang telah ditemukan.
b. Positif
Segala
pengertian dan pengertian mempunyai dorongan kodrati untuk mencari
syarat-syarat lebih tinggi, yang tidak disyaratkan lagi.
Metode dialektis: George Wilhelm Friedrich HegelFilsafatnya
Filsafatnya
sendiri merupakan idealisme, jadi meletakkan segala tekanan pada
objektifitas. Seluruh kenyataan adalah penampakan diri yang dilakukan
oleh akal yang tak terbatas. Tidak akan ada pikiran yang benar-benar
baru, seperti juga tidak aka nada fakta yang benar-benar baru lagi.
Metodenya
Bagi
Hegel jalan untuk memahami kenyataan adalah mengikuti gerakan pikiran
atau konsep. Struktur didalam pikiran adalah sama dengan proses genetis
dalam kenyataan. Maka metode dan teori atau system tidak dapat
dipisahkan. Metodenya disebut “ Dialektis”.
Langkah pertama: pengiyaan
Oleh
Hegel, konsep atau pengertian itu dirumuskan dengan jelas sehingga
identik dengan dirinya sendiri dan menyangkal segala hal atau pengertian
lain.
Langkah kedua: pengingkaran
Pada Hegel terdapat suatu
deretan berlawan yang semua berhubungan satu sama lainnya. Dalam
dialektik pikiran tidak perduli mulai dari ujung mana ; selalu muncullah
kawannya.
Langkah ketiga: pemahaman baru
Pengingkaran terhadap pengingkaran.
Dinamika
dalam langkah kedua tidak membawa pikiran kembali ke eksterm pertama.
Langkah pertama telah memuat langkah kedua secara implisif. Langkah
kedua sudah memuat langkah pertama, sebab merupakan negasinya: jadi
yangpertama telah sedang dipikirkan.
Kesatuan kontradiksi
Menurut
Hegel kontradiksi merupakan motor dialektik. Kontradiksi sama sekali
bukan saja penyakit pemahaman, melainkan menjadi jalan atau thap mutlak
yang harus dialami dulu untuk mencapai kebenaran.
Deduksi dan induksi
System
Hegel bersifat duduktif yaitu oleh logika intrinsic yang niscaya ada
dalam konsep, pikiran dibawa ke konsep lain. Data-data yang dipergunakan
berfungsi lebih eksemplaris; tetapi menurut Hegel semua data dan fakta
dapat disusun dalam garis pikiran itu. Berarti system Hegel merupakan
juga suatu induksi prinsipil. Namun bukan merupakan adalah suatu induksi
yang membawa kepengertian yang mau berjauhan dari kenyataan, atau yang
makin umum abstrak.
METODE FENOMENOLOGIS: HUSSERL, EKSISTENSIALISMEFilsafatnya
Bertitikpangkal
dari soal-soal pasti, Ia melangsungkan refleksinya sampai menghadapi
dasaar-dasar filosofis. Mula-mula Ia berekasi terhadap empirisme dan
psikologisme, dalam aliran itu Ia menolak sikap scientism, yang
menghadapi pernyataan dan pengetian dengan metode dan sikap ilmu
eksakta. Menurut Husserl difilsafat sendiri tidak ada persetujuan, sebab
kurang disadari titik tolak metode filsafat. Ia tidak menyusun suatu
system tetapi hanya menghasilkan working papers.
Metodenya
Metodenya
disebut dengan metode fenomenologis. Hasserl mau menentukan metode
filosofis ilmiah, yang lepas dari segala prasangka metafisis. Metode
ffenomenologis dikembangkannya sambil melangsungkan penelitian
filosofis. Ia meneliti pula syarat-syarat yang termuat dalam setiap
pikiran dan kegiatan.
Titik tolak metodis dalam objek dan subjek
Untuk mencapai objek pengertian menurut keasliannya, harus diadakan suatu pembersihan.
a. Umum : otonomi
Harus disisihkan segala unsure tradisi, yaitu segala sesuatu yang diajarkan oleh orang lain mengenai objek yang bersangkutan.
b. Dalam objek: fenomin
Objek penyelidikan ialah fenomin. Fenomin itu hanya data yang sederhana, tanpa ditambah hal lain.
Penentuan negative
a. Bukan dimaksudkan fenomin alamiah. Fenomin alam itu fakta atau relasi yang dapat diterapkan dalam obserfasi empiris.
b. Bukan pula fenomin seperti misalnya dalam fenomenologi agama.
c. Bukan diartkan hanya “ semu” yang justru bukan kenyataan.
d. Bukan dimaksudkan sebagai “penampakan” yang berlawanana atau dibedakan dengan hal-dalam –dirinya sendiri.
Penentuan positif
Mula-mula
terutama pengertian ilmiah sendiri menjadi bahan refleksi. Tetapi lama
kelamaan disadari bahwa objek fenomenologi itu sama.
Reduksi pokok yang pertama.fenomenologis
Disaring dan disisihkan segala keputusan tentang realitas atau idealitaas objek dan subjek .
EKSISTENSIALISME
Tokoh-tokoh
1. Heidegger
2. Sartre
3. Jaspers
4. Marcel
5. Merleau Ponty
Filsafatnya
Pada
umumnya mereka tidak senang dengan tekanan Husserl pada sikap objektif.
Terutama mereka tidak setuju dengan reduksi pokok yang menyisihkan
eksistensi. Bagiereka eksistensi mereka yang pertama-tama dianalisa.
Beberapa sifat eksistensiil ialah :
1. Subjektifitas individual yang unik; bukan objek dan bukan umum.
2. Keterbukaan bagi manusia lain dan bagi dunia; intensionalitas dan praksis buakn teori saja.
3. Pengalaman afektif dalam dunia bukan observasi.
4. Kesejarahan dan kebebasan bukan esensi yang tetap.
5. Segi tragis dan kegagalan
Metodenya
Dalam analisa eksistensi itu, de pacto mereka memakai metode fenomenologi yang otentik dengan observasi dan analisa teliti.
Maksud metode
Pengalaman asli itu bersifat utuh dan kaya. Ungkapan terbatas hanya menampakkannya secara terbatas dan bercacar.
Titik tolak
a. Dalam objek: fenomin
Pada umumnya para analis berttik pangkal dari fenomin seperti telah ditentukan Husserl. Mereka juga menekankan segi iitensionil.
b. Dalam subjek: intuisi
Para
eksistensialis mempertahankan aspek non diskursif dalam intuisi subjek.
Namun mereka tidak mengikuti tekanan Husserl pada sikap objektif dan
kontemplatif.
Analisa terperinci
Fenomin dianalisa menurut semua
unsure Husserl lainnya. Harus dibersihkan dari segala penyempitan dan
interpretasi berat sebelah. Dalam analisaini ditemukan sifat-sifat pokok
yang beralaku bagi eksisitensi manusia yang sekaligus unik. Dan berlaku
bagi setiap manusia.
METODE ANALITIKA BAHASA: LAUDWIGWITTGENSTEINFilsafatnya
Bahasa
filosofis memperlihatkan kekacauan bahasa yang begitu besar; dan bahasa
itu begitu jauh dari bahasa sehari-hari maka sebelum bertanya mengenai
benar salahnya, pemakaian bahasa sendiri harus dicurigai.
a. Periode reduktif
Dunia
terdiri dari fakta-fakta sederhana yang serba lepas satu sama lainnya,
tetapi yang dapat dihubungkan pula. Pada dasarnya bahasa terdiri dari
kalimat-kalimat atom atau atom-atom logis, yaitu ungkapan-ungkapan yang
paling sederhana dan tidak dapat direduksikan lagi.
Tugas filsafat ialah menjelaskan dan menepatkan bahasa, sebab dengan jalan demikian juga dunia sendiri menjadi jelas.
b. Periode “language games”
Pikiran
dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Pikiran bukanlah suatu proses
dibalik bahasa: melinkan terjadi dalam dan terjadi dari linguistic
behaviour. Dalam bahasa sendiri Ia menolak segala reduksi. Bahas buhan
hanya memberikan informasi tetapi mempunyai fungsi dan makna
bermacam-macam.
c. Wittgeinstein dan “Logical Positivism”
Mereka
berdua mencapai kesimpulan yang sangat serupa. Tetapi alas an metodis
untuk mencapai kesimpulan itu bagi kedua filsafat agak berbeda. Maka
wiitgeinstein itu bukan sebagai seorang neo positivis. Ia menolak
prinsip verifikasi, dan hubungan antara dunia dan bahasa tidak merupakan
bagian intrinsic dalam filsafatnya.
Metodenya
Metodenya yaitu
critique of language analisa bahasa ini merupakan metode netral; tidak
mengandaikan salah satu epistemology, filsafat atau metafisika. Maksud
metode Ia itu berbagi dua, yaitu:
a. Positif
Menjelaskan bahasa sendiri. Memperlihatkan apakah yang memang dapat dikatakan dan bagaimanakah dapat dikatakan.
b. Negative
Justru dengan jalan positif itu meode mempunyai efek therapeutic (penyembuhan) tehadap kekeliruan dan kekacauan (logis).
Pembatasan metodis
Pada
periode pertama Ia meneerima parallel tepat antara dunia riil dan
bahasa. Bahasa mencerminkan dunia.dan pemakaian menurut struktur yang
tepat dapat memberikan pemahaman tentang struktur dunia.
Norma metodis
Pada
periode reduktif wittgeinstein lebih mengikuti Russell. Dan mau mencari
norma-norma mutlak yang berlaku dalam bahasa sehari-hari.
Pada
periode kedua ia kembali ke pemakaman Moore, bahwa bahasa natural memuat
seluruh kebijaksanaan dan common sense dari suatu bangsa.
Teknik-teknik positif
Jenis-jenis kata
Wittgeinstein
mengikuti Russel dengan membedakan dalam unit-nit paling dalam
daasariah: susunan tata bahasa dan susunan logis. Ungkapan yang
mempunyai struktur tata bahasa sama, mungkin berbeda menurut struktur
logis.
Bahasa ideal
Bahasa itu bersifat tepat dan logis, bertitik
tolak dari atom-atom logis yang paling sederhana. Wittgeinstein memakai
beberapa teknik logis yang khas. Ia menyusun suatu jenjang
kemungkinan-kemungkinan benar salahnya.
Matinya analisa
Banyak orang berkata bahwa, periode kedua sebenarnya sudah bukan anallisa lagi, melainkan selalu deskripsi.
Teknik therapeutic
Pada
periode reduktif Wittgeinsten berprinsip, bahwa batas-batas bahasa juga
merupakan batas-batas dunia. Orang tidak dapat keluar dari bahasa dan
iIa tidak dapat keluar dari dunia.
Filsafat menghapuskan dirinya sendiri
Wittgeinstein
juga sadar akan paradox dalam karyanya. Pada periode pertama Ia sendiri
bicara mengenai batas-batas bahasa dan dunia. Ia bicara mengenai
masalah metafisik, Ia bicara mengennai bahasa. Padahal topic-topik itu
semua tidak dapat dibicarakan bahasa. Hanya dapat ditampakkan , dan
hanya dapat diperlihatkan bahwa ucapan-ucapan tentang hal-hal itu tidak
bermakna, dengan menjelaskan apa yang terjadi dalam bahasa.maka
analitika bahasa mengatakan apa yang tidak dapat dikatakan.